PERKEMBANGAN GREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) JEMAAT MOJOWARNO DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 1923-1981
Abstract
GKJW Jemaat Mojowarno adalah gereja tertua ketiga di Jawa Timur
setelah Ngoro dan Wiyung. GKJW Jemaat Mojowarno berada dalam lingkaran
masyarakat yang mayoritas muslim. GKJW Jemaat Mojowarno selalu mengalami
perkembangan yang sangat pesat. GKJW Jemaat Mojowarno mempunyai tradisi
yang unik dan tidak terdapat di tempat yang lain yaitu dalam perayaaan upacara
Unduh-unduh yang dilaksanakan secara meriah.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses
tumbuh dan berkembangnya Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat
Mojowarno sebelum di dewasakan, (2) Bagaimana perkembangan Greja Kristen
Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Mojowarno setelah di dewasakan dan
kemandiriannya sebagai Gereja dewasa penuh pada tahun 1923-1981. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat langkah, yaitu
Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi.
Hasil dari penelitian ini mengambarkan bahwa GKJW Jemaat Mojowarno
mengalami perkembangan yang sangat pesat karena seringnya mendapat pendeta
utusan dari Nederlansch Zendeling Genotsch (NZG). Pendeta utusan dari NZG
mampu menata masyarakat GKJW Jemaat Mojowarno untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri dan menggali kemampuannya sendiri. Perkembangan
GKJW Jemaat Mojowarno dapat dilihat dari jumlah warga GKJW Jemaat
Mojowarno yang selalu mengalami perkembangan yang cukup baik. Selain itu
hasil dari persembahan yang diterima oleh gereja juga mengalami pekembangan
vii
yang cukup baik. Dalam hal pelayanan yang dilakukan oleh komisi-komisi gereja
juga selalu mengalami perkembangan hal ini berdampak pada kebutuhan tenaga
pelayan gereja yang meningkat. Angka terendah dalam sejarah perkembangan
GKJW Jemaat Mojowarno adalah saat terjadi perang bumi hangus antara Belanda
dan Jepang. Perang membuat banyak warga yang meninggal, luka-luka dan
sebagian ada yang mengungsi ketempat yang lebih aman sehingga gereja mulai
surut dari anggotanya.
Angka tertingggi dalam sejarah perkembangan GKJW Jemaat Mojowarno
adalah ketika pemerintah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan warganya
beragama hal ini sebagai akibat dari dilarangnya partai komunis tumbuh di
Indonesia. Warga mulai berbondong-bondong masuk kedalam gereja untuk
menerima sakramen babtis, sehingga terjadi peningkatan anggota yang siknifikan.
Dalam melaksanakan pelayanan cinta kasih, GKJW Jemaat Mojoawarno
tidak pernah membeda-bedakan agama, suku maupun ras. Pelayanan cinta kasih
dituangkan dalam pendirian lembaga sosial seperti sekolah dan rumah sakit yang
untuk semua umat manusia. GKJW Jemaat Mojowarno mampu mempertahankan
eksistensinya dalam melestarikan kebudayaaan Jawa walaupun ditengah-tengah
arus Globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa GKJW Jemaat Mojowarno
senantiasa memfilter budaya asing yang masuk sehingga tidak melupakan budaya
warisan leluhurnya yaitu budaya Jawa.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui secara mendalam
perkembangan Jemaat GKJW di wilayah Mojowarno sehingga dapat mengambil
pelajaran dan nilai-nilai positif yang dimiliki oleh masyarakat Mojowarno tanpa
harus memandang perbedaan agama dan suku bangsa.