dc.description.abstract | Peningkatan suhu bumi, melelehnya es di kutub, peningkatan permukaan air
laut dan perubahan iklim yang tidak pasti menjadi indikasi utama dalam potensi
bencana ke depannya. Belakangan ini bencana banjir melanda berbagai negara
tidak hanya di Indonesia dan telah menyebabkan banyak negara tersebut
mengungsi. Banjir merupakan ancaman musiman yang terjadi akibat meluapnya
air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir menjadi
ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari
segi kemanusiaan maupun ekonomi. Salah satu upaya meminimalkan dampak
negatif banjir yaitu dengan tersedianya peta indeks rawan bencana banjir. Peta
tersebut dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk perencanaan atau
penanggulangan dini (Early Warning System). Pemetaan tingkat rawan banjir
menggunakan Sistem Informasi Geografis yang dilakukan berdasarkan
pendekatan terhadap parameter bencana yaitu jumlah kejadian serta besaran
dampak bencana banjir selama periode waktu 104 tahun. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks rawan bencana banjir Jawa
Timur menggunakan SIG. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai sarana informasi mengenai mengenai surveilans epidemiologi bencana
terkait kajian tentang tingkat rawan bencana banjir kabupaten/kota di Jawa Timur
dan sebagai sarana bahan masukan dalam upaya penanggulangan bencana Jawa
Timur khususnya pra bencana.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian memanfaatkan data yang
bersumber dari Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) wilayah Provinsi Jawa Timur dengan tahun
kejadian 1908-2012. Populasi adalah seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur mulai
dari tahun 1908-2012. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel Indeks Rawan Bencana, data bencana banjir (data kejadian bencana banjir, data korban
meninggal, data korban luka-luka, data kerusakan rumah, data kerusakan fasilitas
umum dan infrastruktur, serta data kepadatan penduduk), serta dampak akibat
bencana banjir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kejadian banjir di Jawa
Timur tahun 1908-2012 tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan jumlah kejadian
banjir terbanyak terdapat pada Kabupaten Bojonegoro. Dampak yang ditimbulkan
oleh banjir meliputi 764 orang meninggal dunia, 53.024 orang luka-luka, 32.948
rumah rusak akibat banjir dan 180 kerusakan terjadi pada fasilitas umum dan
infrastruktur meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan kantor
sehingga secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur didominasi oleh kelas
dengan tingkat kerawanan sedang (48,48%) dari 33 kabupaten/kota yang pernah
terjadi banjir dan menderita kerugian akibat banjir. Untuk kelas kerawanan tinggi
dan rendah masing-masing sekitar 6,06% dan 45,45%. Kelas dengan tingkat
kerawanan tinggi meliputi Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Situbondo.
Sisanya termasuk kelas kerawanan sedang dan ringan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa perlunya upaya
penanggulangan bencana berdasarkan tingkat kerawanan wilayah meliputi tingkat
kerawanan tinggi dapat dilakukan dengan perbaikan pada infrastruktur keairan,
membentuk daerah tanggap bencana, dan mengoptimalkan rencana kontijensi,
tingkat kerawanan sedang dengan meningkatkan pemeliharaan sarana prasarana
keairan serta mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pra bencana, dan tingkat
kerawanan rendah dengan meningkatkan kewaspadaan bencana yang diwujudkan
dalam bentuk program atau kegiatan-kegiatan pra bencana untuk menjaga
kemungkinan terjadinyanya dampak yang lebih besar. | en_US |