dc.description.abstract | Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai
oleh siswa. Tanpa keterampilan membaca siswa sulit untuk menguasai mata pelajaran
lainnya dengan baik. Oleh karena itu, membaca perlu mendapatkan perhatian khusus.
Dalam proses membaca harus memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat agar
pendengar dapat memahami isi bacaan
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang
studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan
membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai
bidang studi pada kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar
ia dapat membaca untuk belajar.
Hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas I SDN Slawu 03
Jember menunjukkan adanya permasalahan bahwa kemampuan membaca siswa kelas
I pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes membaca yang
diberikan guru kepada siswa. Dalam tes membaca tersebut siswa sudah dapat
membaca , akan tetapi masih banyak siswa yang kurang lancar dalam membaca,
belum tepat dalam melafalkan kata, dan intonasi dalam membaca masih banyak yang
belum tepat. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan
siswa kelas I yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan proses penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa kelas I SDN Slawu 03 Jember setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengambilan data dalam penelitian ini
dilaksanakan di SDN Slawu 03 Jember. Subjek penelitian adalah siswa kelas I tahun
ajaran 2010-2011 dengan jumlah 49 siswa yang terdiri dari 24 laki-laki dan 25
perempuan. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan
Kelas
Hasil observasi tiga aspek penilaian kemampuan membaca pada siklus I dan
siklus II diperoleh data bahwa kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan
secara bertahap. Pada siklus I terlihat kelancaran membaca siswa dengan persentase
86,73%, penggunaan lafal bahasa 73,46%, dan penggunaan intonasi dalam membaca
65,30%. Pada siklus II terjadi peningkatan persentase sebagai berikut; 91,32 % sudah
lancar dalam membaca, 80,10 % sudah tepat dalam melafalkan, dan 77,55% intonasi
yang digunakan sudah benar. Secara klasikal aktivitas siswa juga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan persentase ketuntasan 74,83 % menjadi
82,11%.
Beberapa saran berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT yaitu, 1 | en_US |