dc.description.abstract | Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan ketuntasan
hasil belajar siswa khususnya di bidang studi fisika. Berdasarkan data observasi
dari hasil pembelajaran fisika pada prasiklus di kelas VII A SMP Negeri 1
Banyuglugur, dari 34 siswa hanya 20,6% (7 orang) yang mendapatkan nilai ≥65
dan dikatakan tuntas, sedangkan 79,4% (27 orang) siswa lainnya mendapatkan
nilai <65 dan tidak tuntas. Rendahnya ketuntasan hasil belajar siswa menunjukkan
bahwa siswa kurang menguasai konsep fisika. Selain itu, aktivitas belajar fisika
siswa tergolong rendah, yaitu dari 34 siswa hanya 54,9% siswa yang aktif
memperhatikan pelajaran; 21,56% siswa yang bertanya atau menjawab
pertanyaan; 0% siswa yang aktif melakukan eksperimen/bekerja dalam kelompok
yang di dalamnya terdapat proses mengukur, mengamati dan mencatat data; 9,8%
siswa yang aktif melakukan diskusi, dan 67,64% siswa yang aktif mengerjakan
tugas.
Salah satu penyebab rendahnya aktivitas dan ketuntasan hasil belajar fisika
siswa di kelas VII A SMP Negeri 1 Banyuglugur adalah model pembelajaran yang
digunakan guru kurang inovatif. Fakta di lapangan menunjukkan guru fisika di
kelas VII A SMP Negeri 1 Banyuglugur menggunakan model Direct Instruction
(DI) yang didalamnya terdapat metode ceramah dan penugasan, serta penggunaan
media papan tulis (Hasil Observasi Prasiklus, 2010). Hal ini menyebabkan siswa
cepat bosan dan tidak tertarik dengan mata pelajaran fisika, sehingga siswa kurang
termotivasi untuk mempelajarinya. Selain itu, guru jarang mengajak siswa
berinteraksi sehingga membuat siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran,
dan guru kurang memperhatikan apakah siswa benar-benar sudah memahami
materi yang telah disampaikan. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan
tersebut perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa.
Model pengolahan informasi merupakan model yang menekankan bahwa
seseorang dapat mengetahui informasi dengan cara menggali dan mengorganisasi
data serta berusaha memecahkan suatu permasalahan. Model pengolahan
informasi ini memiliki beberapa jenis, yaitu: berpikir induktif, latihan penelitian
(inquiry training), pemandu awal (advance organizer), memorisasi,
pengembangan intelek, pencapaian konsep, dan penelitian ilmiah.
Salah satu model pengolahan informasi yang relevan dan dapat diterapkan
dalam pembelajaran fisika adalah model advance organizer. Berdasarkan hal
tersebut maka dilakukan penelitian tentang pembelajaran fisika di kelas VII A
SMP Negeri 1 Banyuglugur dengan tujuan sebagai berikut: (1) mendeskripsikan
peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Banyuglugur yang
diajar dengan pembelajaran model pengembangan advance organizer; (2)
mendeskripsikan peningkatan ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VII A
SMP Negeri 1 Banyuglugur yang diajar dengan pembelajaran model
pengembangan advance organizer.
Model pengembangan advance organizer ini merupakan suatu model
hasil pengembangan dari model advance organizer, yang dalam pelaksanaannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Model ini memiliki kelebihan yaitu
mempunyai organizer (pemandu) yang berfungsi menghubungkan pengetahuan
yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari. Selain itu siswa akan
lebih mudah untuk mengingat materi yang telah diajarkan karena model
pembelajaran ini juga berfungsi memperkuat struktur kognitif siswa. Tahap-tahap
model pengembangan advance organizer adalah sebagai berikut: pendahuluan,
penyajian organizer (pemandu), presentasi materi, kegiatan kelompok(diskusi dan
eksperimen), penguatan struktur kognitif siswa, dan tes.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), sehingga subyek penelitian sudah ditetapkan di kelas VII A SMP
Negeri 1 Banyuglugur tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 24 September sampai dengan 08 Oktober 2010. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.
Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Persentase aktivitas
belajar digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa antara
pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Persentase ketuntasan hasil belajar
digunakan untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa antara
pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2.
Data hasil analisis memperlihatkan bahwa aktivitas belajar siswa sebelum
dilaksanakan tindakan sebesar 30,78%. Pada siklus 1 aktivitas belajar siswa secara
klasikal mencapai 62,93% dan berada pada kategori aktif. Pada siklus 2, aktivitas
belajar siswa mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan besarnya
persentase secara klasikal menjadi 76,47% dan berada dalam kategori aktif.
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebelum adanya tindakan adalah sebesar
20,6%, pada pembelajaran siklus 1 sebesar 52,9%, dan pada siklus 2 sebesar
85,3%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan
ketuntasan hasil belajar fisika siswa pada siklus 1 dan siklus 2 secara keseluruhan
dikatakan telah mengalami peningkatan.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Dengan menggunakan model
pengembangan advance organizer, aktivitas belajar fisika siswa di kelas VII A
SMP Negeri 1 Banyuglugur mengalami peningkatan sebesar 76,47% dengan
kategori aktif; (2) Dengan menggunakan menggunakan model pengembangan
advance organizer, ketuntasan hasil belajar fisika siswa di kelas VII A SMP
Negeri 1 Banyuglugur mengalami peningkatan sebesar 85,3% dengan kategori
tuntas. | en_US |