PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif)
Abstract
Pura Mandara Giri Semeru Agung dibangun pada tahun 1988 di Desa Senduro
Kabupaten Lumajang. Latar belakang pemilihan lokasi Pura Mandara Giri Semeru
Agung di kaki Gunung Semeru berkaitan dengan mite pemindahan puncak Gunung
Mahameru dari India ke Jawa dengan maksud agar Pulau Jawa tidak jungkat-jungkit,
sebagaimana dikisahkan dalam naskah Tantu Panggelaran. Dengan demikian
Gunung Semeru dianggap suci oleh masyarakat Jawa sejak dahulu. Keunikan Pura
Mandara Giri Semeru Agung kaitannya dengan budaya, perkembangan masyarakat
Senduro serta potensinya sebagai sumber pembelajaran sejarah melatarbelakangi
peneliti untuk mengkaji Pura Mandara Giri Semeru Agung (Suatu Kajian
Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif). Permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana sejarah berdirinya pura Mandara Giri
Semeru Agung, (2) bagaimana nilai simbolik pura Mandara Giri Semeru Agung, (3)
bagaimana pengaruh pura Mandara Giri Semeru Agung terhadap masyarakat
kecamatan Senduro, (4) bagaimana relevansi pura Mandara Giri Semeru Agung
terhadap pembelajaran sejarah. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk: (1) mengkaji sejarah berdirinya pura Mandara Giri Semeru Agung,
(2) mengkaji nilai simbolik pura Mandara Giri Semeru Agung, (3) mengkaji
pengaruh pura Mandara Giri Semeru Agung terhadap masyarakat kecamatan
Senduro, (4) mengkaji relevansi pura Mandara Giri Semeru Agung terhadap
pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan antrapologi
budaya, sosiologi agama, dan sosiologi pendidikan untuk mempermudah dalam
menganalisis data lapangan, sedangkan teori yang digunakan adalah teori
evolusionisme, teori fungsionalisme, dan teori simbolisme. Peneliti juga
menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap yaitu: (1) Heuristik, (2)
Kritik, (3) Interpretasi, dan (4) Historiografi. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Pura Mandara Giri Semeru Agung merupakan bangunan baru,
yang dibangun untuk kepentingan umat Hindu. Gaya, struktur dan komponenkomponen
arsitekturnya mengikuti gaya arsitektur pura-pura di Bali, yaitu arsitektur
trdisional Bali yang masih mengikuti gaya arsitektur zaman kerajaan Majapahit. Gaya
arsitektur ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dengan dasar-dasar filsafat dalam
ajaran agama Hindu. Didirikannya Pura Mandara Giri Semeru Agung di Kecamatan
Senduro mengakibatkan adanya perubahan dalam bidang sosial, budaya maupun
dalam bidang ekonomi masyarakat.
Pura Mandara Giri Semeru Agung ini bisa dijadikan sumber pembelajaran
sejarah berupa gambar, video visual maupun mengunjunginya secara langsung yang
dapat memberikan gambaran tentang peristiwa sejarah. Pura ini relevan dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada di berbagai jenjang pendidikan
khusunya untuk tingkat menengah atas. Salah satu sekolah yang pernah menggunakan
Pura Mandara Giri Semeru Agung adalah SMA Negeri 3 Lumajang dengan widya
wisata, menurut guru dan siswa kegiatan ini berdampak positif dalam mata pelajaran
sejarah, tidak ada kebosanan lagi seperti yang terjadi selama ini. Saran penulis
sampaikan kepada Universitas Jember, masyarakat Senduro, guru, dan Pemerintah
Kabupaten Lumajang, agar senantiasa menjaga nilai-nilai kebudayaan yang ada serta
memanfaatkannya di berbagai bidang khusunya pendidikan.