dc.description.abstract | Skripsi ini menjelaskan tentang mengapa Amerika Serikat menolak upaya
reformasi DK-PBB. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, paradigma offensive
realism dapat membantu. Offensive realism berasumsi bahwa setiap negara memiliki
tujuan yang sama yaitu bertahan hidup. Salah satu cara dan jaminan untuk bisa
bertahan hidup adalah dengan menjadi hegemon global. Lebih lanjut offensive
realism berpendapat untuk menjadi hegemon global, sebuah negara harus memenuhi
empat hal, yaitu dominasi dalam militer, dominasi dalam ekonomi, dominasi dalam
kepemilikan nuklir serta dominasi dalam institusi internasional.
1
Bagi Amerika
Serikat, keempat faktor tersebut telah terpenuhi. Pasca runtuhnya Uni Soviet,
Amerika Serikat muncul sebagai the greatest power dalam sistem internasional.
Hingga saat ini Amerika Serikat memiliki kemampuan militer
2
, ekonomi
paling besar bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Sedangkan dalam
institusi internasional, dalam hal ini PBB sebagai institusi internasional paling besar
di dunia, Amerika Serikat merupakan negara paling dominan. Hal tersebut
ditunjukkan dalam besarnya peran PBB dalam perkembangan dan perjalanan PBB.
Keberadaan Amerika Serikat sebagai salah satu pendiri utama PBB, sebagai negara
dengan kontribusi pendanaan terbesar di PBB serta posisinya sebagai anggota tetap
DK-PBB dengan hak vetonya menjadikan Amerika Serikat sebagai negara dengan
dominasi paling besar dalam PBB. Realita-realita tersebut menunjukkan bahwa
Amerika Serikat telah menjadi hegemon global. Kondisi ini membuat Amerika
Serikat merasa nyaman dengan posisinya saat ini dan berusaha untuk
mempertahankannya (status quo state).Permasalahan kemudian muncul ketika wacana reformasi DK-PBB
didengungkan oleh banyak pihak, baik individu maupun negara.
6
Pihak-pihak yang
mengemukakan wacana reformasi DK-PBB tersebut menginginkan adanya perubahan
dalam tubuh DK-PBB, baik struktur maupun fungsinya. Muncul anggapan bahwa
DK-PBB yang ada saat ini tidak berjalan dengan efektif dan efisien serta cenderung
menjadi kepanjangan tangan dari negara-negara besar dalam anggota tetap DK-PBB,
terutama Amerika Serikat.
7
Dalam hal ini, Amerika Serikat sebagai status quo state
bersikap menolak adanya upaya perubahan dalam tubuh DK-PBB. Salah satu alasan
Amerika Serikat menolak upaya reformasi tersebut adalah terancamnya posisi
Amerika Serikat dalam tubuh DK-PBB bila reformasi serta restrukturisasi tersebut
berjalan, sebab secara tidak langsung adanya perubahan dalam tubuh DK-PBB
mereduksi dominasi mereka dalam tubuh PBB. Yang pada akhirnya juga akan
mengancam posisi Amerika Serikat sebagai hegemon global.
8
Dalam konsep
offensive realism, disebutkan bahwa setiap great power akan selalu berusaha
mempertahankan hegemoninya dalam institusi internasional demi menjamin
kepentingan global mereka. Bagi Amerika Serikat, munculnya wacana reformasi DKPBB
berpeluang
untuk
mengurangi
dominasi
Amerika
Serikat
dalam
tubuh
PBB,
oleh
karenanya
Amerika
Serikat
berusaha
menggagalkan
wacana
tersebut
atau
setidaknya
mengarahkan
wacana
reformasi
tersebut
ke
arah
yang
menguntungkan
Amerika
Serikat.
Jadi, secara singkat kepentingan Amerika Serikat dalam wacana reformasi
DK-PBB adalah untuk mempertahankan dominasinya dalam PBB yang selama ini
telah berjalan. Sebab dengan terjaganya dominasi Amerika Serikat dalam tubuh PBB
menjadi salah satu faktor tidak berubahnya posisi Amerika Serikat sebagai hegemon
global. Sebab seperti yang dikemukakan offensive realism, keberadaan sebagai
hegemon global menjadi salah satu jaminan bertahan hidupnya suatu negara. | en_US |