PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) MENGGUNAKAN LKS BERBASIS SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN KELAS VII B SMP PGRI 2 TEGALDLIMO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Abstract
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualizatian
(TAI) merupakan kombinasi antara belajar kooperatif dengan belajar individu,
kemudian siswa saling membantu dan mengecek. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru bidang studi matematika SMP PGRI 2 Tegaldlimo, siswa-siswa di
SMP PGRI 2 Tegaldlimo cenderung mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal matematika jika soal tersebut disajikan dalam bentuk soal cerita. Salah satu
pokok bahasan yang penyajiannya sering berupa soal cerita adalah pokok
bahasan Himpunan kelas VII semester genap. Oleh sebab itu, peneliti
melaksanakan penelitian pada pokok bahasan Himpunan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui penerapan, aktivitas belajar siswa, serta persentase
ketuntasan hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualizatian (TAI) menggunakan LKS berbasis soal cerita.
Daerah penelitian yang ditetapkan adalah SMP PGRI 2 Tegaldlimo
Banyuwangi pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII B Semester Genap SMP PGRI 2
Tegaldlimo tahun pelajaran 2009/2010. Metode pengumpulan data yang
digunakan antara lain: metode dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes.
Proses kegiatan pembelajaran dilakukan dengan berdasarkan pada tahaptahap
kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TAI. Tahap-tahap tersebut antara
lain: teams (guru membentuk kelompok belajar siswa secara heterogen), test
(guru memberikan kuis untuk melihat hasil belajar siswa secara individu), student creative (guru meminta siswa bergabung dengan kelompok dan
berdiskusi), team study (guru memberikan bimbingan kepada kelompok), team
scores and team recognition (guru memberikan penghargaan atas hasil kerja dan
aktivitas siswa), teaching group (guru memberikan penjelasan di depan kelas
mengenai materi yang menjadi permasalahan bagi siswa), fact test (guru
memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah belajar dalam
kelompok), whole-class units (guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi
yang telah dipelajari). LKS yang disusun berbasis soal cerita memberikan peran
yang sangat besar bagi pemahaman siswa mengenai pengertian dan konsepkonsep
tentang himpunan. Siswa dapat menyimpulkan konsep-konsep tentang
himpunan dari situasi-situasi maupun ilustrasi-ilustrasi yang berhubungan
dengan keadaan yang ada dalam dunia nyata. Selanjutnya pada pembelajaran
terakhir siswa dapat menyelesaikan permasalahan mengenai aplikasi dari
himpunan dengan menggunakan empat langkah pemecahan masalah.
Aktivitas siswa secara individu yang diamati terdiri dari aktivitas
berdasar hasil observasi dan aktivitas berdasar hasil dokumentasi. Aktivitas
berdasar hasil observasi terdiri dari aktivitas bertanya, cara mendapat jawaban
LKS dalam kelompok, partisipasi dalam kelompok, serta kedisiplinan waktu.
Sedangkan aktivitas berdasarkan dokumentasi terdiri dari aktivitas prosedur
pengerjaan LKS, kuis, tes. Berdasarkan hasil analisis, persentase aktivitas siswa
dari pembelajaran pertama sampai pembelajaran keempat berturut-turut adalah:
60,39%; 72,08%; 76,41%; 79,44%. Sedangkan persentase aktivitas kelompok
dari pembelajaran pertama sampai pembelajaran keempat berturut-turut adalah:
55,56%; 69,44%; 77,08%; 81,25%.
Ketuntasan klasikal yang tercapai pada siklus 1 adalah sebesar 72,72%
dan belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan Depdiknas (minimal
75% siswa dalam satu kelas yang mencapai ketuntasan individu), sedangkan
ketuntasan klasikal pada siklus 2 adalah sebesar 87,87% dan telah memenuhi
ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh Depdiknas.