Pengaruh Stresor Rasa Sakit Terhadap Ketebalan Epitel Gingiva Dan Jumlah Sel Neutrofil Pada Tikus Wistar Jantan Yang Dipapar Bakteri Escherichia coli (Penelitian Eksperimental Laboratoris)
Abstract
Stres merupakan bagian dari kehidupan yang dapat disebabkan oleh peristiwaperistiwa
dan ketegangan pada kehidupan sehari-hari. Stres mempunyai pengaruh
yang sangat luas dan dapat menyebabkan gangguan diseluruh tubuh termasuk rongga
mulut. Kondisi tubuh yang lemah akan mudah terkena infeksi, oleh karena itu epitel
sebagai barier pertahanan pertama dan sel neutrofil yang merupakan fagosit utama
dalam sistem imun, keberadaannya mutlak diperhatikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian stresor
rasa sakit terhadap ketebalan epitel dan jumlah sel neutrofil pada tikus Wistar jantan
yang dipapar bakteri Escherichia coli. Manfaat penelitian adalah memberikan
informasi ilmiah tentang pengaruh stresor rasa sakit dengan pemaparan bakteri
Escherichia coli terhadap ketebalan epitel gingiva dan jumlah sel neutrofil, dan dapat
digunakan dalam aplikasi klinis untuk menangani pasien dengan kondisi stres
terhadap respon tubuh melawan penyakit.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris yang dilaksanakan
pada bulan Juni sampai Juli 2005 pada tikus Wistar dengan jenis kelamin jantan.
Populasi sampel terdiri dari 24 ekor yang dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu
kelompok tanpa pemaparan stresor rasa sakit maupun bakteri Escherichia coli
sebagai kelompok kontrol negatif (-), kelompok yang hanya diberi paparan bakteri
Escherichia coli sebagai kelompok kontrol positif (+) dan kelompok yang dilakukan pemberian stresor rasa sakit dan pemaparan bakteri Escherichia coli sebagai
kelompok perlakuan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan uji One
Way Anova dan uji Tukey HSD.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna pada ketebalan epitel dan jumlah sel neutrofil pada masing-masing
perlakuan dengan nilai signifikan 0,000 (P< 0,05) setelah diuji dengan One Way
Anova. Pada Tukey HSD juga menunjukkan perbedaan yang bermakna (P< 0,05)
pada semua kelompok. Stres dapat meningkatkan kadar kortisol dan menurunkan
sitokin. Apabila jumlah sitokin menurun maka homeostasis sel epitel menurun,
sehingga kemampuan sel epitel membentuk sel baru melalui proses mitosis dan
proliferasi sel akan terganggu. Peningkatan kortikosteroid dapat mengkatabolisme
protein sehingga terjadi penyusutan sel-sel penyusun jaringan sehingga sel-sel epitel
kehilangan perlekatannya pada lamina basal. Peningkatan kortisol akan
mempengaruhi respon imun dengan menurunkan respon kemotaktik dan fagositik
PMN, sehingga terjadi penurunan jumlah neutrofil.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]