dc.description.abstract | Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian
kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Ujian ini bertujuan untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN)
yaitu matematika.
Sesuai dengan standar isi, ada enam materi pokok matematika pada
jenjang SMA/MA program IPA. Enam pokok materi tersebut adalah logika
matematika, aljabar, geometri, trigonometri, kalkulus, statistika dan peluang.
Penguasaan materi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa
dalam tingkat sekolah yang mencapai ≥60% pada enam materi pokok tersebut.
Data sekunder dari Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik)
menunjukkan persentase penguasaan materi di tingkat sekolah. Ada beberapa
materi yang penguasaan di lingkup sekolahnya masuk dalam kategori rendah,
yaitu mencapai <60%. Begitu juga dengan SMA/MA di kabupaten Jember
termasuk Jember bagian barat dan selatan, dimana SMA/MA (baik negeri maupun
swasta) dalam wilayah tersebut mutu sekolahnya dikategorikan berkualitas.
Materi yang persentase penguasaannya <60% pada UN matematika tahun ajaran
2009/2010 di SMA/MA Jember bagian barat dan selatan yaitu menentukan hasil
operasi aljabar bentuk logaritma serta menentukan persamaan garis singgung
lingkaran dengan syarat tertentu.
Rendahnya pencapaian materi soal matematika pada Ujian Nasional
(UN) tentunya terjadi karena adanya faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut
berasal dari beberapa hal, yaitu dari sarana dan prasarana, fasilitas belajar, dan
cara guru mengajar. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu, terkait pemahaman siswa,
yang mampu memahami materi dari jumlah siswa di kelas adalah ≤50%. Dalam
hal ini ada dua kemungkinan, yaitu daya tangkap siswa terhadap materi masih
rendah, atau juga dikarenakan cara guru mengajar yang kurang tepat. Jumlah
peserta didik yang bertanya tentang suatu materi kurang dari separuh kelas.
Artinya, minat dan kepedulian siswa terhadap pelajaran matematika memang
masih kurang. Berkaitan dengan intensitas belajar siswa, dapat dikatakan masih
kurang, yaitu sebagian besar siswa belajar matematika hanya saat ada jadwal
pelajaran matematika atau jika ada ulangan. Sedangkan dalam mendapatkan
konsep, struktur, dan prinsip pada suatu materi umumnya siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru tanpa mempraktikkan sendiri. Jika siswa hanya
sebatas mendengar tanpa mempraktikkan sendiri, materi yang didapat tidak akan
mudah diingat.
Guru matematika yang bukan lulusan pendidikan matematika dapat
menjadi faktor penyebab rendahnya penguasaan materi operasi aljabar bentuk
logaritma dan materi menentukan persamaan garis singgung lingkaran. Guru
matematika seharusnya mempunyai dasar-dasar pembelajaran matematika terlebih
dahulu. Ada beberapa guru yang tidak pernah mengikuti sertifikasi dan ada
sebagian besar juga guru matematika yang mengikuti sertifikasi namun baru lulus
sertifikasi lebih dari tahun 2009. Dari sini diperoleh informasi bahwa guru belum
lulus serifikasi saat mengajar matematika tahun ajaran 2007/2008 sampai dengan
2009/2010. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan cara mengajarnya
masih kurang tepat dibanding guru yang sudah lulus sertifikasi. Keikutsertaan
guru dalam sertifikasi juga penting karena guru yang telah lulus sertifikasi
mempunyai bekal lebih banyak tentang proses pembelajaran dibanding guru yang
belum pernah mengikuti sertifikasi.
Faktor lain yaitu aktivitas guru dalam proses pembelajaran, misalnya
sebagian besar guru menjelaskan materi dan langsung memberikan latihan-latihan
soal. Dapat dikatakan guru kurang memperhitungkan daya tangkap dan
pemahaman siswa, sehingga latihan-latihan soal langsung diberikan meskipun
siswa belum memahami materi. Guru tidak memberikan informasi tentang tujuan
pembelajaran. Padahal tujuan pembelajaran penting disampaikan agar siswa
mengetahui kompetensi apa yang akan dicapai. Selain itu agar pembelajaran lebih
terarah dan fokus. Faktor selanjutnya yaitu sebagian besar guru belum paham
dengan baik tentang teori-teori belajar. Model pembelajaran yang sering
dilakukan guru juga masih belum berkembang, yaitu pada materi operasi aljabar
bentuk logaritma dan menentukan persamaan garis singgung lingkaran yang
digunakan adalah model pembelajaran langsung.
Faktor selanjutnya, ketidaktersediaan sarana belajar dan fasilitas belajar
siswa, seperti penggaris dan spidol warna, dimana kedua alat tersebut sangat
menunjang dalam materi operasi aljabar bentuk logaritma serta menentukan
persamaan garis singgung lingkaran. Pada materi menentukan persamaan garis
singgung lingkaran, guru hanya menggunakan penggaris. Seharusnya,
kelengkapan yang lain juga sangat dibutuhkan dalam materi tersebut. Misalnya
jangka, penggaris siku-siku, busur, dan spidol warna. Penggunaan jangka,
penggaris siku-siku, dan busur bertujuan agar sketsa gambar tepat, sehingga
perhitungannya juga tidak meleset. Spidol warna digunakan untuk membedakan
garis-garis singgung pada lingkaran. Penggunaan spidol warna yang monoton
(tidak ada variasi warna), mengakibatkan siswa susah membedakan garis-garis
singgung pada lingkaran. Pada materi operasi aljabar bentuk logaritma,
penggunaan spidol warna juga penting. Penulisan rumus-rumus yang penting
lebih baik menggunakan warna yang berbeda (spidol warna), sehingga siswa
dengan mudah mengingat rumus-rumus tersebut.
Selain itu, tidak difungsikannya alat atau sumber belajar juga menjadi
salah satu faktor penyebab. Meskipun di tiap-tiap sekolah disediakan proyektor,
namun tidak pernah digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas.
Pembelajaran menggunakan media tersebut sebenarnya sangat menunjang dan
seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Sebagian besar guru matematika tidak memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Seharusnya guru sadar akan
pentingnya penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran, termasuk pelajaran
matematika yang sifatnya abstrak.
Pembelajaran materi menentukan persamaan garis singgung lingkaran
diberikan kepada siswa tanpa menggunakan media. Hal ini menyebabkan siswa
kesulitan dalam memahami materi, karena geometri tidak bisa dibayangkan secara
abstrak. Salah satu contoh agar pembelajaran materi menentukan persamaan garis
singgung lingkaran mudah dimengerti siswa adalah dengan menggunakan flash.
Media flash atau animasi sangat menunjang pembelajaran materi persamaan garis
singgung. Nantinya siswa dapat membedakan dengan jelas tentang garis singgung
lingkaran, baik luar maupun dalam. | en_US |