dc.description.abstract | Teknik akuisisi data dengan survei tahanan jenis 3-D diterapkan untuk
studi lingkungan, yakni untuk mengetahui penyebaran tahanan jenis bawah
permukaan daerah rawan longsor. Dari penerapan survei tahanan jenis 3-D
diharapkan didapatkan penggambaran citra distribusi tahanan jenis bawah
permukaan secara vertikal maupun horisontal. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan bidang gelincir penyebab tanah longsor pada daerah rawan
longsor.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 di desa Kemuning
Lor kecamatan Arjasa kabupaten Jember. Untuk pengambilan data lapangan
diperlukan alat pengukur dan peralatan pendukung sebagai berikut; resistivity
meter, GPS (Global Positioning System), 4 rol kabel panjang, 26 batang elektroda,
palu, 1 rol meteran dan alat tulis. Untuk proses akuisisi data ini menggunakan
konfigurasi pole-pole yang biasa digunakan untuk survei tahanan jenis 3-D. Pada
konfigurasi ini, elektroda C1 dan P1 bersifat lebih dinamis daripada elektroda C2
dan P2 karena dalam pengukuran dengan menggunakan konfigurasi ini
sebenarnya hanya elektroda C1 dan P1 saja yang bergerak. Letak elektroda C2
dan P2 terpisah jauh dari elektroda C1 dan P1. Elektroda C2 dan P2 diletakkan
sejauh 10 kali dari spasi antara C1 dan P1 (sebesar 2 meter) yakni sejauh 20
meter.
Pada petak pengukuran yang berbentuk persegi panjang, disusun sebuah
kombinasi elektroda 4x6 (24 elektroda), 4 elektroda sepanjang sumbu-x dan 6
elektroda sepanjang sumbu-y. Spasi antar elektroda sebesar 2 meter baik dalam
arah sumbu-x maupun dalam arah sumbu-y.
Teknik pengukuran yang digunakan dalam survei tahanan jenis 3-D ini
menggunakan teknik cross-diagonal survey. Dalam teknik cross-diagonal survey,
viii
pengukuran tahap pertama yang dilakukan adalah pengukuran tahanan jenis pada
sumbu-x yang dilanjutkan secara berurutan pada sumbu-y dan terhadap arah
diagonal dari blok survei tersebut (arah melintang diagonal).
Data-data tahanan jenis terukur yang didapatkan dari survei lapangan
diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer yakni Res3Dinv.
Berdasarkan gambar 2.2 tentang bidang gelincir, bidang gelincir erat kaitannya
dengan bidang miring. Pada penelitian ini menurut gambar 4.4, tidak ditemukan
adanya bidang gelincir. Karena anomali yang ada, bidangnya tidak miring
mengarah ke jurang. Anomali yang dimaksud disini yaitu lapisan pasir yang
terdapat pada kedalaman sekitar 3,94 m. Nilai tahanan jenis lapisan pasir (ρ =
70,4 Ωm) memiliki perbedaan yang cukup mencolok dengan lapisan di atasnya
berupa tanah lempung (ρ = 34,9 Ωm) dan juga dengan lapisan di bawahnya yakni
lapisan tanah lanauan, pasiran yang lebih padat (ρ = 100 Ωm).
Dari hasil pengolahan baik pada penampang horisontal (gambar 4.1) dan
vertikal (4.2) terlihat bahwa sebaran tahanan jenis tekstur tanah bawah permukaan
tanah daerah penelitian tersebut berkisar antara 12,2 Ωm – 142 Ωm. Harga
tahanan jenis tersebut menunjukkan harga tahanan jenis tanah lempung lanauan
dan tanah lanauan basah lembek hingga tanah lanauan pasiran yang tahanan
jenisnya mendekati batuan dasar (ρ = 150 Ωm).
Pada penampang vertikal pada gambar 4.2 terlihat harga tahanan jenis
semakin meningkat seiring dengan penambahan kedalaman. Pada lapisan terdalam
terdapat tanah lanauan, pasiran yang kepadatannya mendekati batuan dasar
dengan harga tahanan jenis 142 Ωm pada kedalaman sekitar 5,93 – 8,22 m.
Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis data dan pembahasan adalah
bidang gelincir rawan longsor tidak ditemukan pada penelitian ini. Karena
anomali yang ada bukan merupakan bidang miring.
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember. | en_US |