Show simple item record

dc.contributor.authorBerlian Prihatinningrum
dc.date.accessioned2014-01-18T05:00:23Z
dc.date.available2014-01-18T05:00:23Z
dc.date.issued2014-01-18
dc.identifier.nimNIM021610101027
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/16869
dc.description.abstractBerbagai permasalahan yang timbul silih berganti dapat menyebabkan terjadinya ketegangan yang akhirnya berdampak pada terjadinya stres. Menurut Medicopsycological Approach (MA), stres merupakan efek fisiologis terhadap stimulus yang mengancam sehingga stres merupakan variabel tergantung, atau dengan kata lain, stres adalah respon terhadap stresor. Beberapa peneliti juga berpendapat bahwa sekitar 75%, tidak ada penyakit yang sama sekali bebas dari stres. Gangguan kesehatan akibat stresor sampai sekarang masih sulit ditangani. Dewasa ini sedang marak diteliti suatu bahan alamiah yang telah diketahui berkhasiat untuk kesehatan, yaitu Virgin coconut oil (VCO) atau disebut juga white oil. Banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui manfaat VCO terhadap sistem imun. Meskipun VCO telah banyak dikembangkan dan diteliti manfaatnya terhadap kesehatan, tetapi sampai sekarang VCO belum terbukti dapat meningkatkan sistem imun tubuh yang menurun pada kondisi stres. Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh VCO dalam meningkatkan sistem imun pada kondisi stres perlu untuk dilakukan. Menurut penelitian terdahulu, diketahui bahwa stresor dapat meningkatkan laju endap darah (LED). Dari hal tersebut, peneliti ingin meneliti apakah VCO dapat menurunkan laju endap darah yang meningkat pada kondisi stres. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh pemberian Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap nilai laju endap darah (LED) pada kelompok tikus yang diberi stresor rasa sakit dengan kelompok yang hanya diberi stresor rasa sakit tanpa pemberian suplemen penguat sistem imun. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian Postest Only Control Group Design. Penelitian dilakukan dari bulan April-Juni 2006. Besar sampel sebanyak delapan ekor tikus wistar jantan tiap kelompok. Perlakuan yang diberikan pada tiap kelompok tikus yaitu kelompok I (kontrol), kelompok II dengan dipapar stresor rasa sakit berupa electrical footshock, dan kelompok III dengan diberi VCO dan dipapar stresor rasa sakit. Pengukuran darah yang digunakan adalah LED dengan metode Westergren. Analisa data yang dilakukan adalah uji normalitas dan homogenitas dengan (p>0,05). Untuk mengetahui pengaruh tiap variabel dilakukan uji ANOVA One way dilanjutkan uji Beda LSD (Least Significance Difference Test) dengan (p<0,05). viii Hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai LED untuk kelompok kontrol adalah 2,13 dengan standar deviasi sebesar 0,64, untuk kelompok II didapatkan ratarata nilai LED sebesar 3,25 dengan standar deviasi sebesar 0,89, dan kelompok III rata-rata nilai LED adalah 0,63 dengan standar deviasi sebesar 0,52. Berdasarkan hasil uji parametrik ANOVA One Way untuk pemeriksaan LED p=0,000 (p<0,05), dalam hal ini terdapat pengaruh bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil uji LSD didapatkan hasil bahwa perbedaan kelompok I dengan kelompok II berbeda secara bermakna dengan p=0,004 (p<0,05). Sedangkan perbedaan antara kelompok III dengan kelompok I maupun kelompok II didapatkan perbedaan yang bermakna dengan p=0,000 (p<0,05). Hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada nilai LED antara kelompok I (kontrol), kelompok II yang dipapar stresor rasa sakit, dan kelompok III yang diberi konsumsi VCO dan dipapar stresor rasa sakit. Nilai LED pada kelompok I lebih rendah dibanding kelompok II dan lebih tinggi dibanding kelompok III, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai LED pada kelompok ini merupakan nilai LED yang normal. Secara normal, pengendapan sel-sel darah merah terjadi secara perlahan-lahan karena dipengaruhi oleh gaya grafitasi dari massa sel-sel darah merah yang dilawan oleh gaya berat dari volume sel-sel darah merah. Hal ini menyebabkan laju pengendapan sel-sel darah merah yang normal pada dasar tabung Westergren. Nilai LED tertinggi didapatkan pada kelompok II. Hal ini karena adanya stresor yang dapat menurunkan sistem imun sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi. Hampir semua jenis stresor, baik yang bersifat fisik maupun neurogenik akan menyebabkan peningkatan sekresi ACTH dalam waktu beberapa menit saja dan berakibat pada meningkatnya sekresi glukokortikoid. Mekanisme aksi stresor dalam mempengaruhi sistem imun dibedakan atas dua, yaitu pertama, hantaran sinyal oleh stresor mengaktivasi sistem saraf simpatik dan kedua, hantaran sinyal dapat pula terjadi melalui poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (aksis Hipotalamus-PituitariAdrenal, aksis HPA), aksis simpatik-adrenal medula (aksis SAM), dan aksis hipotalamus-pituitari-ovarian. Pada kelompok III, yaitu kelompok yang diberi VCO dan dipapar stresor rasa sakit didapatkan nilai LED yang terendah. VCO sebagai imunomodulator mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga menekan interleukin-interleukin yang merangsang sel-sel hati dan produksi fibrinogen dapat ditekan. Berdasarkan kajian di atas, didapatkan kesimpulan bahwa Nilai laju endap darah pada tikus wistar jantan yang diberi konsumsi Virgin Coconut Oil (VCO) dan dipapar stresor rasa sakit lebih rendah dari kelompok yang hanya dipapar stresor.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries021610101027;
dc.subjectPEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP LAJU ENDAP DARAH TIKUS WISTAR JANTANen_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP LAJU ENDAP DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR STRESOR RASA SAKITen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record