dc.description.abstract | Gejala bahasa pleonasme merupakan pemakaian kata-kata berlebihan. Latar
belakang penelitian ini (1) wacana berita di surat kabar Kompas dan Media Indonesia
merupakan salah satu media dalam pembinaan bahasa, (2) wacana berita umumnya
ditulis dengan bahasa yang efektif dan mengenai pokok persoalannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan dalam penelitian ini adalah
(1) bagaimanakah gejala bahasa pleonasme tataran kata dalam kolom wacana berita
di surat kabar Kompas dan Media Indonesia , (2) bagaimanakah gejala bahasa
pleonasme tataran frase dalam wacana berita di surat kabar Kompas dan Media
Indonesia . Sehubungan dengan hal tersebut tujuan penelitian ini adalah memperoleh
deskripsi (1) gejala bahasa pleonasme tataran kata dalam wacana berita di surat kabar
Kompas dan Media Indonesia , (2) gejala bahasa pleonasme tataran frase dalam
wacana berita di surat kabar Kompas dan Media Indonesia .
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif. Sedangkan jenis
penelitian ini adalah deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik Simak Bebas
Libat Cakap (SBLC). Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif evaluatif yaitu
menguraikan sebab terjadinya gejala bahasa pleonasme pada tataran kata dan frase,
kemudian dilanjutkan dengan pembenahan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) gejala bahasa pleonasme dalam
wacana berita di surat kabar Kompas pada tataran kata meliputi pemakaian kata tugas
yang tidak diperlukan dan pengulangan makna dengan bentuk berbeda, sedangkan
dalam wacana berita di surat kabar Media Indonesia yaitu pemakaian kata tugas yang
tidak diperlukan; (2) gejala bahasa pleonasme dalam wacana berita di surat kabar
Kompas dan Media Indonesia pada tataran frase meliputi pengulangan frase yang
memiliki makna yang sama atau sinonim.
Saran disampaikan kepada (1) bagi jurnalis dalam menulis kolom berita agar
lebih berhati-hati agar tidak menggunakan gejala bahasa pleonasme, karena menulis
berita dalam surat kabar harus memenuhi syarat-syarat penulisan yaitu, menggunakan
bahasa yang sederhana dan efektif, (2) bagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia
agar dalam menulis karya ilmiah tidak menggunakan gejala bahasa pleonasme. | en_US |