MEKANISME SURVIVAL PENCARI SUMBANGAN MASJID (Studi Deskriptif Di Desa Sumber Kejayan Kec. Mayang Kab. Jember) SURVIVAL MEKANISM OF CHARITY TAKER FOR MOSQUE (Deskriptif studies in Sumber Kejayan, Mayang )
Abstract
Kehidupan masyarakat desa yang bersifat guyub, kolektif, gotong-royong
dapat dijumpai di hampir seluruh desa di indonesia.tetapi jika dilihat lebih mendalam
tentang kehiduapn pedesaan maka banyak hal yang sangat menarik untuk diteliti,
yang khususnya berhubungan dengan sektor ekonomi.
Di sektor ini kehidupan masyarakat desa, selalu menemukan jalan keluar yang
tidak dapat diduga oleh pendapat umum masyarakat, contoh kecilnya adalah
kehidupan masyarakat yang bisa dikatakan sebagian atau bahkan seluruh kebutuhan
pokok sehari-harinya didapatkan dari pembangunan masjid, maksudnya adalah
kehidupan sebagian masyarakat yang memperoleh sebagian dari hasil mencari
sumbangan para dermawan untuk pembangunan masjid. Bahkan ada sebagian dari
masyarakat yang memang mendedikasikan dirinya untuk mencari sumbangan dari
para dermawan untuk pembangunan masjid agar memperoleh “hasil”, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Kenyataan yang sangat memilukan hati, tetapi ini adalah salah satu jalan
keluar pada sebagian masyarakat desa untuk bisa bertahan hidup. Apakah hati nurani
telah sirna, sehingga seseorang menggantungkan hidup dengan meminta-minta
walaupun tujuannya adalah untuk pembangunan masjid! ada alasan kenapa hal ini
terus dilakukan, tempat ibadah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal atau
pekerjaan sehingga bisa melaksanakan ibadah dengan tepat waktu. Tempat ibadah
yang layak, bahkan jika memungkinkan bangunan masjid bisa besar, kokoh dan
megah, serta fasilitas yang lengkap dan memadai. Kemiskinan yang dialami warga
masyarakat desa Sumber Kejayan membuat warga masyarakat desa mengembangkan
sistem mekanisme survival, Sistem itu antara lain :
viii
1. Mengencangkan ikat pinggang, artinya : setiap keluarga harus menghemat
pengeluaran seperti: pola hidup sederhana, dengan meminimalkan belanja
untuk makan. Bahkan ada yang sampai putus sekolah karena tidak mampu
bayar uang sekolah, atau uang sekolah digunakan untuk tetap bertahan
hidup.
2. Bekerja dibidang lain, artinya : kemiskinan warga masyarakat desa
Sumber Kejayan yang mata pencahariannya adalah petani, harus mencari
alternatif pekerjaan lain yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan
keahlian yang dimiliki. Pekerjaan yang dipilih adalah sebagai penarik
sumbangan untuk pembangunan masjid, tukang bangunan, tukang ojek,
dll.
Sedangkan warga yang berprofesi sebagai penarik sumbangan masjid juga
mengembangkan sistem mekanisme survival agar mereka tetap bekerja sebagai
penarik amal untuk pembangunan masjid, sistem itu adalah :
1. Membina hubungan baik dengan pak Kyai Abdullah, selaku ketua
takmir dan sekaligus ketua proyek penarikan sumbangan untuk
pembangunan masjid Baitul Muttaqim, yaitu dengan mematuhi apa
yang diperintahkan oleh kyai Abdullah. Hubungan ini lebih
berdasar pada hubungan patron-klien.
2. Membina hubungan baik antar sesama para pencari amal,
hubungan ini berdasar atas saling menghormati antar individu.
Apapun alasan mereka wujud real dari kegiatan ini, mampu mewujudkan tempat
ibadah yang besar, kokoh, megah, sehingga kenyamanan beribadah dapat dirasakan
oleh setiap muslim yang datang untuk menunaikan sholat atau ibadah yang lain. Dari
segi materi, kegiatan pencari amal untuk pembangunan masjid di pinggir jalan ini
sangat terasa manfaatnya oleh masyarakat, tetapi dai segi agama, kegiatan ini telah
menuai kontrofersi yaitu telah dikeluarkan FATWA HARAM oleh PCNU Jember
tertanggal 6 februari 2006, terhadap kegiatan meminta-minta sumbangan dipinggir
jalan, walaupun tujuannya adalah pembangunan masjid.