HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN JARAK INTERMOLAR PADA DEWASA USIA 18-25 TAHUN
Abstract
Suatu maloklusi biasanya ditimbulkan oleh beberapa faktor yang saling
berhubungan yaitu faktor umum dan faktor lokal. Faktor umum adalah faktor yang
tidak berpengaruh langsung pada gigi. Salah satunya adalah faktor lingkungan. Faktor
lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Pertumbuhan
dan perkembangan seseorang termasuk gigi dan mulutnya, perlu dukungan gizi yang
cukup. Body Mass Indeks direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi. Bentuk skelet terdiri dari: tipe skelet ektomorfik, mesomorfik
dan endomorfik.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan status gizi dengan
jarak intermolar pada dewasa usia 18-25 tahun dan besar hubungan status gizi dengan
jarak intermolar pada dewasa usia 18-25 tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan gizi
yang cukup untuk pertumbuhan lengkung gigi yang ideal.
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah Observasional Analitik yang dilakukan
di Klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan Laboratorium
Piramida Jember pada bulan November 2009. Penelitian ini dilakukan pada 30
subyek dewasa berusia 18-25 tahun yang memenuhi kriteria. Model studi yang
diukur pada model rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak horisontal antara M1
permanen kiri dengan M1 permanen kanan yang diukur dari jarak melintang
lengkung antara ujung tonjol mesiobukal dari gigi molar.
Data yang diperoleh dianalisa terlebih dahulu menggunakan uji normalitas
dengan test Kolmogorov Smirnov dan homogenitas dengan Levene test. Selanjutnya
data dianalisa dengan uji Korelasi Peasron dengan α=0,05. Koefisien korelasi yang
didapatkan yaitu 0,542 untuk rahang atas dan 0,597 untuk rahang bawah. Koefisien
korelasi menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara status gizi dengan
jarak intermolar pada rahang atas dan rahang bawah dewasa usia 18-25 tahun. Hasil
pengukuran rata-rata jarak intermolar baik rahang atas maupun rahang bawah pada
skelet endomorfik didapatkan nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan skelet
mesomorfik dan endomorfik. Sedangkan rata-rata jarak intermolar pada skelet
ektomorfik diperoleh data rata-rata paling rendah. Hal ini dikarenakan pada tipe
skelet endomorfik pertumbuhan tulangnya lebih cepat karena asupan nutrisi pada tipe
ini berlebih dan pada tipe skelet ektomorfik mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena bentuk skelet ektomorfik cenderung kurang tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tulang ini akan mempengaruhi keadaan
lengkung rahang yang dapat dievaluasi dengan pengukuran secara tranversal yaitu
pengukuran jarak intermolar. Defisiensi nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan
gigi-geligi dan tulang rahang sehingga terbentuk tulang rahang yang relatif terlalu
pendek. Ini berakibat tidak cukupnya tempat untuk deretan gigi-geligi yang normal
sehingga dapat menyebabkan maloklusi.
Kesimpulan yang didapat adalah ada hubungan antara status gizi dengan jarak
intermolar pada dewasa usia 18-25 tahun. Hubungan antara status gizi dengan jarak
intermolar termasuk dalam kategori kuat. Tipe skelet endomorfik memiliki jarak
intermolar lebih lebar dibandingkan dengan tipe skelet mesomorfik dan tipe skelet
ektomorfik
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2086]