dc.description.abstract | Stres merupakan reaksi biologis terhadap berbagai stimulus yang merugikan
fisik mental atau emosional, internal ataupun eksternal, yang cenderung mengganggu
kesehatan organisme tersebut. Salah satu organ yang terganggu adalah hati, namun
penelitian tentang stres pada hati belum banyak dilakukan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Medicophysiological Approach untuk
mendefinisikan stres, dan memakai hewan coba tikus wistar jantan dengan rancangan
penelitian The Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi perlakuan
berupa stresor rasa sakit renjatan listrik dengan mengalirkan arus listrik 5-30mA,
tegangan 25V dan frekuensi 60Hz selama 14 hari.
Dari hasil analisis data di dapatkan kadar SGPT pada kelompok perlakuan
lebih tinggi daripada kadar SGPT kelompok kontrol (t test p<0.05). Hal ini
menunjukan bahwa stres yang dipicu oleh stresor rasa sakit renjatan listrik dapat
meningkatkan kadar SGPT dalam darah. Stres dari stresor diterima oleh sistem saraf
dan impuls dilanjutkan ke hipotalamus, hipotalamus akan mensekresikan CRH
(Corticotropic Releasing Hormon). CRH akan merangsang sekresi ACTH
(Adrenocorticotropic Hormon) untuk meningkatkan sekresi hormon glukokortikoid.
Glukokortikoid akan meningkatkan glukoneogenesis, metabolisme di hati meningkat
dan menyebabkan kerja hati menjadi meningkat. Glukokortikoid akan menyebabkan
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah hepatik yang menyebabkan enzim
SGPT lebih mudah dilepaskan oleh hati ke dalam aliran darah dan kadar SGPT dalam
darah akan meningkat. | en_US |