ARAK INTERKANINUS DAN INTERMOLAR PERMANEN RAHANG BAWAH PADA ORANG KEMBAR MONOZIGOT UNTUK MENUNJANG DIAGNOSA PERAWATAN ORTODONSIA
Abstract
Salah satu syarat utama dalam menentukan diagnosis dan perawatan ortopedi
dentofasial adalah susunan gigi pada lengkung rahang. Lengkung gigi mempunyai
hubungan yang erat dengan bentuk kepala. Di dalam perawatan ortodonsia lengkung
gigi merupakan faktor utama untuk mencapai oklusi yang baik dalam lengkung yang
harmonis berdasarkan peningkatan lebar lengkung gigi-geligi yang berhubungan
dengan perkembangan gigi dan melibatkan prosesus alveolaris. Evaluasi lengkung
gigi dalam arah transversal, dalam hal ini lebar interkaninus dan intermolar penting
dilakukan selama perawatan. Pengaruh genetik sangat kuat pada perkembangan
bentuk dan hubungan wajah serta rahang. Pada kembar monozigot, memiliki genotip
dan fenotip yang sama karena berasal dari satu sel telur. Sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai jarak interkaninus dan intermolar pada orang kembar monozigot
yang memiliki susunan genetik yang sama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya persamaan lebar
interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah pada orang kembar monozigot,
usia 18-25 tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai jarak interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah pada orang
kembar monozigot, usia 18-25 tahun dan dapat membantu dokter gigi dalam
memperkirakan pelebaran dari lengkung gigi arah transversal saat melakukan
perawatan ortodonsia pada pasangan kembar.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Observasional Analitik dengan metode
cross sectional. Penelitian ini menggunakan 24 subyek (12 pasang kembar) usia 1825
tahun yang memenuhi kriteria. Dilakukan pencetakan pada rahang bawah,
kemudian dicor sehingga didapatkan model studi. Pengukuran jarak interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah dilakukan pada model studi. Jarak interkaninus
diukur antara puncak cusp gigi kaninus kanan dan kiri. Sedangkan jarak intermolar
diukur antara cusp mesiobukal gigi molar pertama kanan dan kiri.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan uji perbedaan independent
sample T-test dengan nilai signifikansi p>0.05, yang sebelumnya dilakukan uji
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test dan uji homogenitas dengan Levene test.
Hasil uji independent T-tes menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada jarak interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah antara
kembar I dan kembar II pada 12 pasang kembar monozigot, dengan nilai probabilitas
0.72 (p>0.05) untuk jarak interkaninus dan 0.76 (p>0.05) untuk jarak intermolar.
Pertumbuhan wajah dan rahang dikontrol oleh pengaruh genetik yang melekat dan
luasnya faktor lingkungan dipercaya sebagai faktor yang berkontribusi pada
perkembangan maloklusi yang mempengaruhi lengkung geligi.
Kesimpulan yang didapat adalah terdapat persamaan jarak interkaninus dan
intermolar permanen rahang bawah pada orang kembar monozigot. Dengan jarak
interkaninus dan intermolar yang sama maka dokter gigi dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa serta dapat menentukan pelebaran dari lengkung gigi arah
transversal saat melakukan perawatan ortodonsia pada pasangan kembar.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]