PERBEDAAN VOLUME DAN pH SALIVA SETELAH DISTIMULASI MAKANAN ASAM DAN MANIS
Abstract
Stimulus  kimiawi  yang  bersifat  asam  merupakan  stimulus  yang  paling  kuat 
dalam  meningkatkan  sekresi  saliva,  substansi  kimiawi  yang  dapat  menimbulkan 
persepsi  pengecapan  seperti  rasa  asam  yang  disebabkan  oleh  asam  sitrat  dan 
menimbulkan  rasa  asam  yang  tajam  bila  diaplikasikan  dipangkal  lidah.  Jeruk  
merupakan  buah  yang  cukup  banyak  digemari  masyarakat  karena  harga  yang  relatif  
murah, daya simpan yang cukup lama, mudah cara penyajiannya dan mengandung zat 
gizi tinggi. Vitamin yang terkenal dalam jeruk adalah vitamin C yang berperan dalam 
proses pembentukan kolagen, membantu proses penyembuhan dan perbaikan jaringan 
luka,  sebagai  anti  oksidan  yang  dapat  membantu  mencegah  kerusakan  sel  akibat 
aktivitas  molekul  radikal  bebas  gula  juga  dikonsumsi  sebagai  makanan  ringan  atau 
camilan seperti yang terdapat dalam permen, wafer, kue, biskuit, dan dalam minuman 
ringan.  Jenis  gula  yang  paling  banyak  digunakan  adalah  sukrosa.  Konsumsi  sukrosa 
dalam  jumlah  besar  dapat  menurunkan  kapasitas  buffer  saliva  sehingga  mampu 
meningkatkan insiden terjadinya karies. Manifestasi sukrosa dalam kehidupan sehari-
hari  adalah  dalam  bentuk  gula  putih.  Sukrosa  banyak  dikonsumsi  orang  karena  rasa 
manisnya  enak,  bahan  dasarnya  mudah  diperoleh,  dan  biaya  produksinya  cukup 
murah.  Saliva  mempunyai  fungsi  penting  antara  lain  membantu  proses  pencernaan, 
penelanan,  pelarut  dan  pelumas,  pemisahan  makanan,  mengatur  keseimbangan  air, 
pelindung, pembersih, integritas gigi, dengan anti bakteri dan sebagai buffer.  
Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  volume  saliva  setelah 
distimulasi  makanan  asam  dan  manis  dan  untuk  mengetahui  pH  saliva  setelah 
distimulasi makanan asam dan manis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jeruk  nipis,  gula  pasir  dan  aqua.  Cara  pengambilan  subyek  dilakukan  dengan  cara 
purposive sampling.  
Data  yang  diperoleh  dianalisi  menggunakan  uji  normalitas  dan  homogenitas 
kemudian  untuk  mengetahui  ada  tidaknya  perbedaan  di  analisis  dengan  uji  statistik 
paired sample t-test dengan derajat  kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan 
bahwa  terdapat  perbedaan  antara  volume  saliva  makanan  asam,  makanan  manis  dan 
tanpa  stimulasi.  Faktor  terpenting  yang  mempengaruhi  sekresi  dan  proporsi  dari 
saliva  adalah  derajat  dari  stimulasi  yang  diberikan.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  
pemberian  stimulus  makanan  manis  dan  makanan  asam  bisa  mempengaruhi  volume 
sekresi saliva. Volume sekresi saliva meningkat setelah pemberian stimulus dari pada 
tanpa  pemberian  stimulus.  Dikarenakan  jeruk  mengandung  asam  sitrat  yang  dapat 
menimbulkan  rasa  masam  yang  khas.  Terdapat  perbedaan  antara  pH  sekresi  saliva 
makanan  asam,  makanan  manis  dan  tanpa  stimulasi.  Derajat  keasaman  saliva 
tergantung  pada  rata-rata  sekresinya.  Sekresi  saliva  yang  cepat  menyebabkan  pH 
saliva  menjadi  alkalin.  Sekresi  saliva  dikontrol  oleh  nervus  dan  hormon.  Beberapa 
hormon yang mempengaruhi sekresi saliva adalah testosterone dan tiroksin. 
Kesimpulan  dari  penelitian  ini  adalah  volume  pada  stimulasi  makanan  asam 
tejadi peningkatan dibandingkan tanpa stimulasi, peningkatan volume tertinggi terjadi 
pada  stimulasi  makanan  asam.  pH  saliva  pada  pemberian  stimulus  makanan  asam 
mengalami  penurunan  dibandingkan  dengan  tanpa  stimulasi  dan  meningkat  pada 
makanan manis dibanding tanpa stimulasi.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2146]