dc.description.abstract | Amerika Serikat (AS) setelah Perang Dunia II adalah negara dengan kekuatan
ekonomi, politik dan militer tangguh di dunia di samping Uni Soviet. Untuk
mewujudkan ambisinya menjadi negara adidaya tunggal, AS harus menguasai Timur
Tengah yang merupakan wilayah strategis. Sejak sekutu utamanya Shah Pahlevi
tumbang oleh revolusi khomeini, AS kehilangan hegemoninya atas Iran. Sedangkan
Irak di bawah Saddam Hussein mencapai jaman keemasannya. Konfrontasi Irak-Iran
meruncing tatkala Saddam Hussein membatalkan perjanjian Algiers pada tanggal 18
September 1980 dan menginvasi Iran pada tanggal 22 September 1980, meletuslah
perang Irak-Iran. Permulaan perang AS memposisikan diri sebagai negara netral.
Tetapi sikap netral tersebut hanya formalitas diplomatik saja, faktanya AS lebih
cenderung pro Irak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: a) Apa yang
melatarbelakangi keterlibatan AS dalam perang Teluk I antara Irak-Iran tahun 19801988;
b) sejauh mana keterlibatan AS dalam perang Teluk I antara Irak-Iran; c)
Bagaimana dampak dari keterlibatan AS dalam perang Teluk I antara Irak-Iran
terhadap AS, Irak dan Iran serta negara kawasan Teluk. Penelitian yang dilakukan
bertujuan mengkaji dan menganalisis lebih dalam tentang: a) Mengkaji lebih dalam
latar belakang keterlibatan AS dalam perang Teluk I antara Irak-Iran tahun 19801988;
b) mengkaji sejauh mana keterlibatan AS dalam perang Teluk I antara IrakIran;
c) Mengkaji lebih dalam dampak dari keterlibatan AS dalam perang Teluk I
antara Irak-Iran terhadap AS, Irak dan Iran serta negara kawasan Teluk. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah
vii
dengan langkah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian
menyatakan bahwa keterlibatan AS dalam perang Telluk Persi I dialatar belakangi
oleh faktor politik, ekonomi dan militer. Dalam faktor politik yaitu letak Timur
Tengah yang strategis, adanya perang dingin dengan Uni Soviet, konfrontasi IrakIran,
revolusi Islam Iran dan lobi Israel. Dalam faktor ekonomi berupa kepentingan
minyak dan penjualan senjata melalui lobi MIC (Military Industrial Complex).
Di samping itu AS terbukti memasok senjata ke Iran melalui skandal Iran-gate.
Memasuki tahun 1987 perang Irak-Iran muncul dalam wujud perang tanker dan AS
terlibat di dalamnya. Keterlibatan AS dalam perang Irak-Iran membawa dampak yang
besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan militer serta bagi perdamaian
Irak-Iran. Untuk itu penulis memberi saran: a) bagi PBB, agar bertindak lebih tegas
dan berhati terhadap semua kebijakan AS yang selalu mengintervensi setiap konflik
di dunia. Selain itu perlu adanya reformasi total dalam tubuh induk organisasi dunia
itu agar bersih dari pengaruh AS dan Israel; b) bagi AS, walaupun setelah perang
Teluk berakhir dan saat ini telah menjadi hegemoni tunggal di dunia serta kawasan
Teluk khususnya, bukan berarti AS bisa bertindak semaunya terhadap negara lain.
Untuk saat ini AS memang masih belum ada tandingannya namun cepat atau lambat
AS akan menemui kekuatan yang jauh lebih besar yaitu kekuatan Allah SWT; c) bagi
Irak, jadikanlah sebagai pengalaman paling berharga bagi kehidupan bangsanya
dimasa mendatang. Waktu membuktikan justru AS lah yang membungihanguskan
negaranya dalam Perang Teluk II tahun 1991 dan Invasinya tahun 2003, padahal pada
Perang Teluk Parsi I menjadi sekutu utamanya; d) bagi Iran, tingkatkanlah
kewaspadaannya terhadap bahaya intervensi AS diwaktu mendatang terutama
menyangkut isu WMD (Weapon of Mass Destruction) atau senjata pemusnah massal
yang diusung AS sewaktu menghancurkan Irak; e) bagi pembaca dan pemerintah
Indonesia, dengan melihat segala akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh
intervensi AS dalam masalah negara lain, diharapkan dapat memberi masukan dan
menentukan sikap yang tegas terhadap AS. | en_US |