UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn.) TERHADAP KADAR ALKALI FOSFATASE TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK
Abstract
Parasetamol adalah salah satu obat yang sering digunakan sebagai penurun
demam dan pereda nyeri di seluruh dunia dan Indonesia. Parasetamol tersedia
sebagai obat bebas sehingga mudah didapatkan masyarakat dengan harga
terjangkau tanpa menggunakan resep dokter. Penggunaan multiple pharmacy yang
mengandung parasetamol sering terjadi di seluruh dunia dan Indonesia dan
berisiko terhadap overdosis parasetamol. Parasetamol dimetabolisme di hepar
sehingga penggunaan parasetamol dosis toksik dapat menyebabkan kerusakan
hepar yang diukur dengan menggunakan enzim alkali fosfatase (ALP). Kerusakan
pada hepar dapat dicegah dengan pemberian antioksidan yang berfungsi sebagai
hepatoprotektor, yang dapat ditemukan pada tumbuhan putri malu (Mimosa
pudica Linn.).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak putri malu
(Mimosa pudica Linn.) dapat melindungi hepar dan apakah terdapat perbedaan
dari ketiga dosis ekstrak putri malu (Mimosa pudica Linn.) yang diuji yaitu 400
mg/KgBB, 600 mg/KgBB, dan 800 mg/KgBB terhadap kerusakan yang
diakibatkan pemberian parasetamol dosis toksik. Jenis penelitian eksperimental
yang digunakan adalah True Experimental dengan rancangan penelitian yang
digunakan adalah Postest Only Control Group Design. Sampel yang digunakan
adalah 30 ekor tikus wistar jantan dan dengan menggunakan teknik simple
random sampling dibagi menjadi 6 kelompok. Variabel pada penelitian ini adalah
dosis ekstrak etanol putri malu (Mimosa pudica Linn.) sebagai variabel bebas,
kadar ALP pada tikus sebagai variabel terikat, dan pemeliharaan tikus, cara pemberian makanan tikus, dosis, frekuensi, dan volume pemberian parasetamol,
frekuensi dan volume pemberian ekstrak putri malu, dan volume darah tikus yang
diambil sebagai variabel kendali.
Pada kelompok K, tikus diberi CMC Na 1% selama 7 hari. Pada kelompok
K (-), tikus diberi CMC Na 1% selama 6 hari dan diberi parasetamol dosis 1.350
mg/kg BB pada hari ke-7. Pada kelompok K (+), tikus diberi obat-X dosis 54
mg/kg BB selama 6 hari dan diberi parasetamol dosis 1.350 mg/kg BB pada hari
ke-7. Pada kelompok P1, P2, dan P3, tikus diberi ekstrak etanol putri malu dengan
dosis 400 mg/KgBB, 600 mg/KgBB, dan 800 mg/KgBB selama 6 hari dan diberi
parasetamol dosis 1.350 mg/KgBB pada hari ke-7. Pada hari ke-9 seluruh tikus
dikorbankan dengan cara pembiusan menggunakan larutan eter, kemudian diambil
darahnya melalui jantung (ventrikel kanan) untuk diukur kadar alkali fosfatase
(ALP).
Hasil penelitian ini adalah rata-rata kadar ALP untuk kelompok K adalah
79,20 U/L ± 8,53, kelompok K (-) adalah 265,60 U/L ± 13,50, dan kelompok K
(+) adalah 126,00 U/L ± 5,75. Sedangkan rata-rata kadar ALP untuk kelompok P1
adalah 212,80 U/L ± 13,16, kelompok P2 adalah 190,60 U/L ± 17,42, dan
kelompok P3 adalah 174,20 U/L ± 16,99. Untuk menganalisis data mengunakan
One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD yang sebelumnya telah diuji
normalitas dan homogenitasnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak
putri malu (Mimosa pudica Linn.) dapat melindungi hepar terhadap kenaikan
kadar ALP tikus wistar jantan dan terdapat perbedaan dari ketiga dosis ekstrak
putri malu (Mimosa pudica Linn.) yang diuji yaitu 400 mg/KgBB (P1), 600
mg/KgBB (P2), dan 800 mg/KgBB (P3) dalam melindungi hepar terhadap
kerusakan yang diakibatkan pemberian parasetamol dosis toksik.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1508]