dc.description.abstract | ondisi financial distress terjadi sebelum kebangkrutan perusahaan. Keadaan
ini dapat diprediksi umumnya menggunakan analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan terutama berfokus pada laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
secara empiris apakah informasi arus kas yang lebih bermanfaat untuk memprediksi
kondisi financial distress perusahaan daripada informasi laba. Penelitian ini
dilakukan pada emiten industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode
2003-2006. Teknik yang digunakan dalm pengambilan sampel adalah judgment
sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 perusahaan
untuk model laba dan 24 perusahaan untuk model arus kas. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis diskriminan, yang dibagi menjadi 2 (dua) model yaitu
model laba dan model arus kas, dengan 14 (empat belas) rasio keuangan untuk setiap
model.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio-rasio model laba secara
simultan menjadi variabel pembeda yang signifikan dalam pengelompokkan
perusahaan yang terkena financial distress dan non financial distress, dimana rasio
yang paling dominan adalah operating profit margin dengan nilai koefisien
diskriminan sebesar 17,080. Angka ketepatan klasifikasi kedua kelompok perusahaan
untuk model laba adalah sebesar 85%. Sedangkan untuk model arus kas menunjukkan
bahwa rasio-rasio model arus kas secara simultan menjadi variabel pembeda yang
signifikan dalam pengelompokkan perusahaan yang terkena financial distress dan
non financial distress, dimana rasio yang paling dominan adalah cash flow to sales
ratio dengan nilai koefisien diskriminan sebesar 8,108. Angka ketepatan klasifikasi
kedua kelompok perusahaan untuk model arus kas adalah sebesar 95,8%. Dapat
disimpulkan bahwa arus kas lebih bermanfaat untuk memprediksi kondisi financial
distress daripada informasi laba karena angka ketepatan klasifikasi yang lebih tinggi. | en_US |