Show simple item record

dc.contributor.authorNenny Dwi Anggraini
dc.date.accessioned2014-01-17T06:46:39Z
dc.date.available2014-01-17T06:46:39Z
dc.date.issued2014-01-17
dc.identifier.nimNIM061810201106
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/16133
dc.description.abstractPuger memiliki karakteristik daerah yang berdekatan dengan daerah pantai. Gunung Sadeng dalam geologi Lembar Jember Jawa termasuk dalam Formasi Puger yang terdiri atas batu gamping (batu kapur) bersisipan breksi batu gamping, dan batu gamping tufan. Formasi Puger ini diduga berumur akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Formasi ini diduga menindih tak selaras dengan Formasi Batu Ampar dan Formasi Sukamade. Batu gamping terumbu berwarna putih keruh dan merah muda, terdiri dari gamping, kerakal gamping, dan koral. Breksi batu gamping dan batu gamping tufan berwarna abu-abu, padu, berlapis baik, dan tebalnya 40 cm. Secara umum batu gamping merupakan salah satu jenis batuan sedimen. Karena batu gamping merupakan batu sedimen, maka pada proses pembentukan batuan sedimen tersebut terbentuk suatu mineral pada batu gamping. Mineral sendiri merupakan bagian kulit bumi. Batuan terdiri dari senyawa unsur-unsur kimia, baik yang berbentuk padat maupun cair, bersifat homogen, yang terjadi tidak dengan perantaraan manusia dan tidak berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan, dan dibentuk oleh alam. Penelitian ini bertujuan agar suatu daerah yang diduga sebagai daerah yang berpotensi mineral dapat dibuktikan secara ilmiah. Dugaan mineral pada Gunung Sadeng dapat dibuktikan dengan adanya peta sebaran dugaan mineralnya dalam bentuk sebuah peta kontur sebaran anomali medan magnetik. Salah satu cara untuk mengetahui zona dugaan mineral yaitu dengan cara menggunakan sifat kemagnetannya. Setiap mineral memiliki kuantitas supsebtibilitas kemagnetan yang berbeda dan juga dapat mempengaruhi nilai kemagnetan bumi di suatu daerah. Metode yang cocok digunakan untuk memetakan sebaran mineral di Gunung Sadeng adalah metode Geomagnet Gradio Magnetik. Metode ini cocok untuk daerah yang luas, tidak rata dan sumber anomali yang dekat. Konsep gradio magnetik digunakan pada lokasi tinjauan dekat dengan permukaan anomali magnet. Oleh karena itu gradio berguna dalam bidang arkeologi, geoteknik dan pencitraan lingkungan. Metode gradio magnetik memperoleh dua data akuisisi yang memiliki perbedaan posisi ketinggian alat pada proses akuisisi data. Perbedaan posisi ketinggian pengambilan data menghasilkan perubahan nilai medan magnet. Nilai gradio magnetik menandakan adanya perubahan nilai medan magnet setiap meternya. Sumber anomali magnetik berasal dari kandungan mineral yang terdapat pada batuan-batuan di daerah gunung Sadeng. Aplikasi dari metode gradiomagnetik sendiri adalah mengetahui perubahan nilai-nilai medan magnetik yang dibandingkan dengan jarak perbedaan posisi pengambilan data. Metode gradio magnetik dapat diaplikasikan dengan benar, karena pada peta kontur yang dihasilkan menunjukkan adanya perbedaan antara peta kontur T1 dan T2. Metode gradio magnetik sendiri merupakan speed drive. Speed drive yang dimaksudkan di sini adalah untuk mempercepat kegiatan pengambilan data sekaligus dengan mengkoreksi nilai medan magnet berdasarkan perbedaan ketinggian pengambilan data tersebut, sehingga mempercepat kegiatan penelitian zona dugaan yang sumber anomali atau singkapan mudah untuk dilihat. Sebaran nilai medan magnet T1, T2 dan Gradio dapat dipetakan dengan menggunakan software Surfer 9.0. Pada setiap peta menghasilkan kontur anomali nilai medan magnet. Adanya kontur diduga sebagai zona-zona yang memiliki anomali nilai medan magnet pada peta, dan hal tersebut membuktikan adanya dugaan mineral pada daerah tersebut.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries061810201106;
dc.subjectDUGAAN MINERALen_US
dc.titleAPLIKASI METODE GRADIO MAGNETIK PADA ZONA DUGAAN MINERAL DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record