| dc.description.abstract | Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif pengganti bahan logam 
yang  tersusun  atas  matrik  dan  filler.  Bahan  komposit  terus  dikembangkan  untuk 
memperoleh bahan komposit yang lebih ramah lingkungan. Putri (2002) dan Lutfiah 
(2009)  pernah  melakukan  penelitian  tentang  bahan  biokomposit  menggunakan  filler 
serbuk gergaji kayu sengon dengan matrik sintetis. Penggunaan matrik sintetis dalam 
bahan  komposit  dinilai  kurang  ramah  lingkungan  karena  ketika  masa  penggunaan 
bahan  komposit  sudah  habis,  maka  bahan  tersebut  sulit  untuk  terurai  oleh  alam. 
Sementara itu, matrik sintetis dapat diganti dengan matrik alam berupa protein nabati. 
Kacang  tunggak  (vigna  unguiculata  l.)  merupakan  salah  satu  jenis  tanaman  yang 
cukup  banyak  mengandung  protein,  dalam  100  gram  kacang  tunggak  terkandung 
protein  sebanyak  22,9  gram.  Karakteristik  kacang  tunggak  yang  rapuh 
mengakibatkan  kacang  tunggak  sulit  untuk  langsung  dimanfaatkan  menjadi  matrik, 
sehingga  perlu  dimodifikasi  dengan  aquades,  NaOH,  gliserin,  dan  glutaraldehyde. 
Penelitian  bahan  biokomposit  menggunakan  modifikasi  serbuk  kacang  tunggak 
bertujuan  untuk:  (1)  memperoleh  bahan  komposit  yang  ramah  lingkungan,  (2) 
mengetahui kekuatan bahan komposit, dan (3) mengetahui kemampuan biodegradasi.  
Sintesis  bahan  komposit  dibagi  menjadi  tiga  variasi  penambahan  filler  yaitu 
10%; 30%; dan 50%. Penambahan filler tersebut berpusat pada massa serbuk kacang 
tunggak,  selain  itu  dalam  penelitian  ini  juga  dilakukan  sintesis  bahan  matrik 
modifikasi  serbuk  kacang  tunggak.  Satu  variasi  bahan  matrik  dan  bahan  komposit 
memerlukan serbuk kacang tunggak sebanyak 10  gram, aquades sebanyak 80 gram, 
gliserin  sebanyak  1,5  gram,  dan  glutaraldehyde  sebanyak  3  gram.  Bahan  hasil sintesis  akan  dilakukan  tiga  pengujian  yaitu  morfologi  permukaan  bahan,  kekuatan 
bahan, dan biodegradasi.  
Berdasarkan  hasil  pengujian  morfologi,  bahan  matrik  memiliki  karakteristik 
permukaan yang halus dan transparan, serta berwarna coklat muda. Sedangkan bahan 
komposit  dengan  penambahan  kandungan  filler  sebanyak  10%;  30%;  dan  50% 
memiliki  karakteristik  permukaan  yang  kasar  dan  berwarna  coklat  tua.  Selain 
berpengaruh terhadap morfologi bahan, konsentrasi kandungan filler pada bahan hasil 
sintesis  juga  berpengaruh  terhadap  modulus  elastisitas.  Nilai  modulus  elastisitas 
bahan matrik, bahan komposit dengan penambahan kandungan  filler sebanyak 10%; 
30%;  dan  50%  masing-masing  memiliki  nilai  sebesar  (0,41  ±  0,05)  MN/m
2
;  (0,32  ± 
0,05) MN/m
2
; (0,21 ± 0,05) MN/m
2
; dan (0,18 ± 0,05) MN/m
2
. Karakteristik berbeda 
ditunjukkan pada kekuatan tarik maksimum (UTS) bahan hasil sintesis, UTS semakin 
meningkat untuk bahan matrik sampai bahan komposit dengan kandungan filler 30% 
yaitu dari (1,32 ± 0,04) MN/m
2
 sampai (1,49 ± 0,07) MN/m
2
; akan tetapi untuk bahan 
komposit dengan kandungan filler sebanyak 50% nilai UTS yang dihasilkan menurun 
menjadi (1,24 ± 0,04) MN/m
2
. Filler yang terbuat dari bahan alami juga berpengaruh 
pada derajat biodegradasi bahan. Derajat biodegradasi bahan matrik, bahan komposit 
dengan  kandungan  filler  10%;  30%;  dan  50%  masing-masing  sebesar  (41,500  ± 
0,005) %;  (46,220 ± 0,005%); (490,04 ± 0,005)%; dan (53,340 ± 0,005)%. Besarnya 
derajat  biodegradasi  juga  mempengaruhi  morfologi  warna  bahan,  bahan  memiliki 
warna  lebih  gelap  jika  dibandingkan  dengan  warna  bahan  sebelum  dilakukan  uji 
biodegradasi. 
Berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  disimpulkan  bahwa:  (1)  telah  berhasil 
dilakukan  sintesis  bahan  matrik  dan  bahan  komposit  modifikasi  serbuk  kacang 
tunggak  yang  ramah  lingkungan;  (2)  kekuatan  tarik  maksimum  (UTS)  bahan 
komposit  dengan  kandungan  filler  30%  memiliki  nilai  terbesar  yaitu  (1,49  ±  0,07) 
MN/m
2
,  akan  tetapi  UTS  untuk  bahan  komposit  dengan  kandungan  filler  sebanyak 
50%  menurun  menjadi  (1,24  ±  0,04)  N/m
2
;  dan  (3)  kemampuan  biodegradasi  bahan 
hasil sintesis berkisar antara 41,50% sampai 53,34%. | en_US |