STUDI AKTIVITAS SUSU KEDELAI (Glycine Max) DALAM MENINGKATKAN KADAR ALBUMIN PADA TIKUS GALUR WISTAR HIPOALBUMINEMIA
Abstract
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Gizi buruk merupakan gejala yang
terjadi dalam jangka panjang dan menimbulkan dampak jangka panjang pula.
Malnutrisi atau gizi buruk yang disebabkan rendahnya konsumsi karbohidrat dan
protein dalam makanan masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Kekurangan protein dalam makanan akan menimbulkan kekurangan asam
amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis protein. Berkurangnya asam amino
dalam serum menyebabkan kurangnya pembentukan albumin oleh hepar. Albumin
merupakan jenis protein sederhana dalam plasma yang kadarnya mencapai 60%,
dan juga berperan dalam pengikatan obat. Albumin mencakup semua protein yang
larut dalam air bebas ion. Salah satu metode untuk mengatasi kekurangan asam
amino adalah pemberian makanan yang mengandung protein tinggi.
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti, bahwa
untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah
kecil. Kedelai mempunyai kandungan protein sebesar 41,00%. Susu kedelai
merupakan salah satu produk olahan dari kedelai yang mengandung protein tinggi.
Dalam 100 g susu kedelai cair terkandung protein sebanyak 3,5 g. Mutu protein
susu kedelai dalam bentuk makanan tunggal adalah 80% dari mutu protein susu
sapi, namun belum diketahui aktivitas serta kandungan albumin didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas susu kedelai dalam
meningkatkan kadar albumin serum tikus galur wistar hipoalbuminemia serta
mengukur kadar albumin didalamnya. Ekstraksi albumin susu kedelai
menggunakan TCA 10% dan pengaturan pH suspensi ekstrak pada pH 4,2.
Penetapan kadar albumin menggunakan metode ninhidrin dan diperoleh kadar
albumin susu kedelai sebesar 0,564%(b/v), atau sebesar 5,644 mg/mL dan kadar
albumin kedelai sebesar 2,25%(b/b).
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur wistar dibagi
secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok A diberi pakan basal 18% protein;
kelompok B, C, D, dan E diberi pakan basal 5% protein selama 30 hari. Pada hari
ke 31, kelompok A dan B diambil darahnya melalui ventrikel kiri jantung dan
diukur kadar albuminnya. Sedangkan kelompok lainnya diberi susu kedelai per
oral sebanyak 5 mL atau setara 28,22 mg albumin. Kelompok C selama 1 hari,
kelompok D selama 3 hari, dan kelompok E selama 10 hari. Protein albumin yang
diberikan secara per oral akan terdegradasi oleh asam lambung menjadi asam
amino. Asam amino tersebut selanjutnya diserap oleh usus dan digunakan sebagai
bahan baku sintesis albumin oleh hepar. Analisis data menggunakan uji anova
satu arah dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji LSD.
Dari hasil uji statistik didapatkan perbedaan yang signifikan antara kadar
albumin kelompok A dengan kelompok B dan C, sedangkan kelompok D dan E
memiliki kadar albumin yang berbeda signifikan dengan kelompok D dan E, dan
tidak berbeda signifikan dengan kelompok A.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa susu kedelai mengandung
albumin sebesar 0,564%(b/v), atau sebesar 5,644 mg/mL dan kadar albumin
kedelai sebesar 2,25%(b/b). Pemberian susu kedelai sebanyak 5 mL selama 3 hari
memberikan aktivitas yang signifikan dalam meningkatkan kadar albumin serum
darah tikus hipoalbuminemia.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1483]