PENILAIAN KEWAJARAN HARGA SAHAM PEMBENTUK INDEKS LQ’45 DI BURSA EFEK INDONESIA
Abstract
Saham adalah salah salah satu jenis investasi dipasar modal. Saham
dikelompokkan menjadi beberapa indeks saham. Salah satu kategori indeks saham
yang ada di pasar modal adalah ILQ’45. ILQ’45 terbentuk dari 45 saham terlikuid
dari seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia. Dengan tingkat Likuiditas yang
tinggi menyebabkan saham ini sering mengalami harga yang tidak wajar (mispriced).
Saham yang harganya tidak wajar merupakan saham yang tidak sesuai dengan nilai
intrinsik dari saham tersebut. Untuk mengetahui mispriced atau tidaknya saham ini
maka diperlukan cara untuk dapat menganalisis mispriced saham ILQ’45. Tujuan dari
penelitian ini adalah menilai apakah saham ILQ’45 mengalami mispriced atau wajar.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan para investor yang ingin
melakukan investasi di pasar modal sehingga investor mempunyai pengetahuan
tentang menganalisis kewajaran harga saham.
Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara real return dan
expected return. Real return tentukan dengan mencari selisih harga saham mingguan
saham pembentuk ILQ’45. Real return yang sama dengan nol berarti harga saham
hari ini sama dengan saham hari kemaren. Dalam posisi ini investor tidak
mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamkannya. Real return yang positif menunjukkan harga saham hari ini mengalami kenaikan. Pada posisi ini investor
mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamkannya. Real return yang negatif
artinya harga saham hari ini mengalami penurunan dari harga yang kemaren. Hal ini
menunjukkan investor mengalami kerugian dari modal yang ditanamkannya.
Untuk menentukan expected return dilakukan dengan menggunakan model
CAPM. Model CAPM ini dipilih karena memiliki kelebihan dari model lainnya yaitu
memberikan expected return yang akurat. Model dari metode ini tidak mendasarkan
pada apa yang sudah terjadi, akan tetapi mendasarkan pada apa yang diharapkan
investor akan terjadi. Dalam model CAPM risiko bukan berarti sebagai standar
deviasi tingkat keuntungan tetapi risiko diukur dengan menggunakan beta (β). Beta
saham menggambarkan respon dari suatu saham terhadap pasar.
Dalam melakukan penilaian harga saham, perbandingan real return dan
expected return akan ditentukan dengan menggunakan SML (securities market line).
Dalam SML akan ditentukan batas atas dari SML (underpriced) dan batas bawah dari
SML (overpriced) terhadap saham yang harganya wajar, jika ada saham yang berada
diluar jangkauan dari batas overpriced dan batas underpriced yang telah ditentukan
maka terjadi mispriced.
Tahap akhir dari SML adalah menggunakan metode tabulasi distribusi
frekuensi. Dengan menggunakan metode ini mendapatkan 14 saham (38,8%)
mengalami kecenderungan underpriced dan 26 saham (61,2%) mengalami
kecenderungan overpriced. Sehingga saham pembentuk ILQ,45 mengalami
mispriced.