dc.description.abstract | Meningkatkan kemampuan dan minat siswa terhadap mata pelajaran
merupakan salah satu tugas seorang guru yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Setiap mata pelajaran memiliki kekhususan atau spesifikasi muatan dan tujuan yang
berbeda. Mata pelajaran IPA misalnya, diberikan kepada siswa dalam rangka
memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan alam
sekitar. Mata pelajaran IPA dipandang sulit oleh kebanyakan siswa sehingga mata
pelajaran IPA kurang diminati, karena itu hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
rmasih rendah.
Kebanyakan proses belajar-mengajar di sekolah masih berpusat pada guru
(teacher oriented) yang mengakibatkan siswa cenderung menerima materi pelajaran
secara pasif. Sehingga siswa kesulitan untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan materi pembelajaran IPA. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat
menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam menerima
materi pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
dan kemampuan akademik adalah model pembelajaran Jigsaw. Model pembelajaran
Jigsaw dapat menimbulkan kondisi belajar yang menyenangkan, meningkatkan
ketrampilan sosial dan aktivitas siswa, serta dapat membantu siswa dalam memahami
materi sehingga hasil belajar bisa meningkat.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan sebanyak dua siklus. Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Sumbersewu,
Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Subjek penelitian adalah seluruh siswa
vii
kelas IV SDN 2 Sumbersewu, sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki
dan 15 siswa perempuan. Siswa dibagi menjadi enam kelompok yang heterogen.
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
: Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar IPA siswa kelas IV SDN 2
Sumbersewu, Muncar Banyuwangi dengan Model Pembelajaran Jigsaw berjalan
dengan baik meskipun belum optimal. Pada siklus I terdapat 9 orang siswa tergolong
aktif, dan 15 siswa yang tergolong tidak aktif, sehingga persentase aktivitas klasikal
sebesar 37,50%. Pada siklus II, terdapat 14 orang siswa tergolong tidak aktif, dan 10
orang siswa tergolong aktif, sehingga persentase aktivitas klasikal sebesar 41,67%
dalam kriteria cukup aktif. Pada siklus III terdapat 17 siswa tergolong aktif, dan
terdapat tujuh orang siswa tergolong tidak aktif, sehingga persentase aktivitas klasikal
sebesar 70,83% dalam kriteria aktif. Pada siklus IV terdapat 21 orang siswa tergolong
aktif, dan terdapat tiga orang siswa tergolong tidak aktif, sehingga persentase
aktivitas klasikal sebesar 87,50% dalam kriteria sangat aktif. Ketuntasan hasil belajar
siswa meningkat setelah diadakan tindakan pembelajaran. Persentase ketuntasan hasil
belajar pada tes individu siklus I sebesar 41,67% termasuk dalam kriteria tidak tuntas.
Sedangkan pada tes individu siklus II persentase ketuntasan hasil belajar sebesar
54,17% termasuk dalam kategori tidak tuntas. Kemudian dilanjutkan pada siklus III
dengan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 70,38% dalam kategori tuntas,
sedangkan pada siklus IV hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dengan
persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 78,17% dalam kategori tuntas. Saran
peneliti, berdasarkan hasil penelitian model pembelajaran Jigsaw dapat dijadikan
alternatif dalam pembelajaran IPA sebagai upaya dalam peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa. | en_US |