dc.description.abstract | Keterampilan bercerita bagi siswa merupakan salah satu keterampilan
berbahasa lisan yang penting untuk dikuasai. Pentingnya keterampilan bercerita
tersebut akan memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan yang telah dialami oleh siswa kepada orang lain.
Keterampilan bercerita ini terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) salah satu kompetensi yang harus dicapai khususnya mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam aspek berbicara untuk kelas III sekolah dasar adalah siswa dapat
menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar.
Berdasarkan pengamatan awal di lapangan menunjukkan bahwa pada kegiatan
pembelajaran bercerita siswa kelas IIIA yang berjumlah 34 siswa, hanya 9 siswa yang
berani dan lancar bercerita, sedangkan siswa yang lainnya masih kurang kemampuan
berceritanya. Ada siswa yang bercerita dengan suara yang pelan, dan ada juga siswa
yang tidak berani maju ke depan kelas untuk bercerita. Selain itu, permasalahan yang
dialami oleh siswa adalah belum mampu bercerita dengan lancar, pembelajaran yang
kurang menarik bagi siswa, dan kurangnya bekal pengetahuan tentang hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam bercerita. Hal ini disebabkan karena pada saat mengajarkan
bercerita pengalaman pribadi, metode yang digunakan kurang tepat dan guru belum
menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita yang baik, sehingga
siswa tidak tahu bagaimana bercerita yang baik. Masalah rendahnya kemampuan
bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak dapat diatasi dengan menggunakan
teknik pembelajaran yang tepat. Salah satu teknik pembelajaran yang dinilai tepat
adalah teknik pemodelan
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1) bagaimanakah
penerapan pembelajaran dengan teknik pemodelan yang dapat meningkatkan
kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak Banyuwangi dan 2)
bagaimanakah kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak KalipuroBanyuwangi
setelah
pembelajaran
dengan
teknik
pemodelan.
Selaras
dengan
rumusan
masalah
tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan
pembelajaran dengan menggunakan teknik pemodelan yang dapat meningkatkan
kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak Banyuwangi dan
mendeskripsikan kemampuan bercerita siswa kelas III SD Negeri 1 Klatak KalipuroBanyuwangi
setelah
menggunakan
teknik
pemodelan.
vii
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang terdiri atas dua siklus. Penelitian tindakan kelas yang diterapkan bersifat
kolaboratif. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Klatak, karena kemampuan
bercerita siswa kelas III sangat rendah. Data dalam penelitian ini dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif adalah data yang
diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara, sedangkan data kuantitatif
didapat dari tes berupa skor/nilai siswa dalam bercerita pengalaman pribadi dan
dideskripsikan dengan kata-kata. Sumber data adalah guru dan siswa kelas III SDN 1
Klatak Banyuwangi. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes, dan wawancara.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan bercerita siswa dapat
meningkat dengan menggunakan teknik pemodelan. Pemodelan diterapkan pada
siklus I dan siklus II dengan menghadirkan model dari siswa kelas V dan guru kelas
III. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang lain termotivasi dalam belajar bercerita.
Kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung lancar dan
terjadi peningkatan dari prasiklus, siklus I, dan Siklus II. Hal ini terlihat dari
meningkatnya jumlah siswa yang menjawab pertanyaan, memperhatikan penjelasan
guru, dan keaktifan siswa dalam bercerita. Pada kegiatan guru selama proses
pembelajaran juga terlihat jauh lebih baik yaitu guru menghadirkan model pertama
dan kedua serta memberikan penjelasan yang perlu diperhatikan dalam bercerita.
Teknik pemodelan yang diterapkan dalam penelitian ini terbukti dapat
meningkatkan kemampuan bercerita siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan nilai dalam bercerita sebanyak
16 siswa atau 48% dari total 34 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 27 siswa
atau 81% dari total 34 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa antara siklus I ke siklus II
terjadi peningkatan sebanyak 11 siswa atau sebesar 32% dari total 34 siswa.
Penggunaan teknik pemodelan dalam bercerita dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam bercerita, dalam praktik pelaksanaannya disarankan kepada
Kepala Sekolah dasar terutama pada guru kelas untuk memperhatikannya dan dapat
digunakan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran bercerita. | en_US |