dc.description.abstract | Perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat membuat
penggunaan pewarna alami semakin berkurang dan tergantikan dengan pewarna
sintetik. Berdasarkan data hasil pengawasan BPOM sepanjang tahun 2006-2010
ditemukan 40-44 persen jajanan anak sekolah di Jakarta tidak memenuhi syarat
keamanan pangan yang dapat membahayakan kesehatan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Hal ini mendorong terciptanya suatu metode atau analisis
yang dapat memudahkan menganalisis sampel di lapangan. Analisis yang saat ini
masihdigunakan untuk menganalisis sampel di lapangan ialah spektrofotometri dan
test strip. Namun dari dua metode di atas ada beberapa kelemahan yang dapat
menyulitkan analis untuk menganalisis sampel di lapangan dengan banyaknya sampel
yang harus segera dianalisis sebagai dugaan sementara.
Salah satu metode yang berkembang saat ini dan menjadikan focus dari
penelitian ini ialah interaksi cahaya dengan materi berupa reflektan (pemantulan
cahaya terhadap materi). Pada penelitian ini prinsip yang digunakan sama halnya
dengan prinsip dari spektrofotometri reflaktan yang akan diterapkan pada alat sensor
berupa kamera digital yang dimodifikasi.
Data yang diperoleh dari kamera pada tahapan diatas berupa digital dalam
bentuk JPEG pada kamera, kemudian dikonversikan dengan bantuan software
matrix_color sehingga angka digital yang diperoleh diubah menjadi dalam bentuk
matrik Microsoft Excel dengan 201 baris x 137 kolom. Hal ini dikarenakan Software
matrix_color terdapat sistem sampling yang dapat menghasil data dalam bentuk
matrik digital 201 baris x 137 kolom. Angkan – angka yang terdapat dalam baris
vii
maupun kolom matrik tersebut merupakan nilai reflektan dari sampel yang akan
dianalisis, yaitu antar 0 - 255 yang mana warna hitam bernilai 0 dan warna putih
bernilai 255.
Sampel uji yang digunakan berupa kue lapis dengan konsentrasi 0,001 g/mL;
0,002 g/mL; 0,004 g/mL; 0,006 g/mL dan 0,008 g/mL hingga konsentrasi 0,01 g/mL
sampai 0,08 g/mL. Analisis yang dilakukan mengunakan detektor berupa kamera
dengan sudut pengambilan gambar 45˚ dan 90˚. Data yang dihasilkan menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara nilai intensitas reflektan antara konsentrasi pada
sudut pengambilan gambar 90˚.
Pada kue lapis yang menggunakan pewarna kuning maupun pewarna hijau
yang secara reflektansi gambar yang dikonversikan berupa gambar penuh dan gambar
yang telah dicropping. Pada konversi gambar penuh maupun setelah dicropping
pewarna kuning, diperoleh hasil yang sama yaitu grafik menunjukkan bahwa
intensitas reflektan green dan blue memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan
intensitas reflektan red. Hal ini dikarenakan komponen pembentukan warna kuning
yang terdapat pada kunir yang digunakan merupakan perpaduan dari warna green dan
blue dari metode RGB pada software yang digunakan. Jika dilihat keseluruhan data
yang diperoleh nilai intensitas reflektan memiliki hubungan dengan konsentrasi, yaitu
semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar nilai reflektannya. Sama halnya
dengan pewarna hijau, hasil reflektansi gambar yang dikonversikan berupa gambar
penuh dan gambar yang telah dicropping diperoleh hasil yang sama. Namun grafik
menunjukkan berbeda dengan pewarna kuning, yaitu intensitas reflektan green
memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan intensitas reflektan red dan blue. Hal
ini dikarenakan komponen pembentukan warna hijau yang terdapat pada klorofil
dalam daun pandan suji dalam sampel.
Pengambilan warna analog menggunakan sudut 45
viii
o
lebih memiliki nilai
optimum dari pada sudut pengambilan gambar pada sudut 90
o
dengan daerah
konsentrasi yang dianalisis ialah 0.001- 0.008g/mL dari tiga pewarna yang
digunakan. Secara kuantitatif, metode image prossecing mampu menentukan nilai
intensitas reflektan dari zat warna tekstil dan makanan pada kue lapis dari konsentrasi
0.002 g/mL; 0,004 g/mL; 0.006 g/mL; dan 0,008 g/mL. Konsentrasi sampel yang
diujikan yaitu 0,003 g/mL, 0,005 g/mL dan 0,007 g/mL. Trend yang diperoleh
semakin tinggi konsentrasi zat warna maka semakin tinggi pula absorbans hijau.
Begitu pula pada pewarna kuning, semakin tinggi konsentrasi zat warna maka
semakin tinggi absorbans merah dan hijau. Metode image processing dapat
menentukan konsentrasi pewarna makanan dalam sampel dengan akurat dan presisi
pada konsentrasi yang diuji yaitu 0.0037 g/mL; 0.0054 g/mL; dan 0.0067 g/mL, dan
sampel menggunakan pewarna tekstil 0.0026 g/mL; 0.0046 g/mL; dan 0.0065 g/mL.
Namun tidak mampu membedakan jenis pewarna alami, makanan dan tekstil. | en_US |