PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PERSENTASE PINDAH SILANG ANTARA LOKUS b DAN cl PADA KROMOSOM II Drosophila melanogester Meigen Strain black-clot
Abstract
Drosophila melanogaster merupakan serangga yang memiliki 4 pasang
kromosom sehingga sering digunakan sebagai model penelitian. Banyaknya gen-gen
pada lalat ini menyebabkan adanya gen terangkai yang dapat mengalami pindah
silang, antara lain gen black (b) dan clot (cl) pada kromosom II. Pindah silang adalah
peristiwa pertukaran materi genetik antara kromosom homolog saat gametogenesis.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya pindah silang antara lain adanya temperatur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap persentase
pindah silang antara lokus b dan cl pada kromosom II D. melanogaster Meigen
strain black-clot. Penelitian dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember mulai bulan Maret 2008
sampai November 2008. Bahan yang digunakan adalah Drosophila melanogaster
starin black-clot dan normal. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan suhu 17 °C ± 1°C, 30 °C ± 1°C,
dan sebagai kontrol digunakan suhu 27 °C ± 1°C, masing-masing 10 kali ulangan.
Inkubasi dilakukan selama 24 jam. Data didapat dengan cara menghitung jumlah
keturunan F2 tipe parental dan rekombinan, kemudian dihitung Nilai Pindah Silang
(NPS). Data dianalisis menggunakan Oneway ANOVA dan jika ada beda nyata maka
dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil uji ANOVA, temperatur tidak berpengaruh terhadap
persentase pindah silang antara lokus b dan cl pada kromosom II D. melanogaster
Meigen strain black-clot. Hal ini dapat disebabkan karena letak lokus cl yang jauh dari sentromer, daya reproduksi yang rendah, serta suhu yang digunakan kurang
optimal dalam meningkatkan NPS. Namun demikian, tampak adanya kecenderungan
peningkatan persentase pindah silang akibat perubahan temperatur. Temperatur tinggi
akan mempercepat proses homologi dan tahap diploten saat meiosis sehingga
memperbesar frekuensi pindah silang. Sedangkan temperatur rendah justru
memperpanjang tahap pakiten. Semakin lama tahap pakiten berlangsung maka
terbentuknya rekombinasi akan semakin besar.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah perubahan temperatur
tidak dapat meningkatkan NPS antar lokus b dan cl secara signifikan namun terdapat
kecenderungan kenaikan persentase pindah silang. Temperatur yang digunakan dalam
penelitian ini tidak dapat meningkatkan NPS secara signifikan sehingga perlu
diadakan penelitian lebih lanjut menggunakan suhu yang lebih ekstrim , selain itu
kondisi medium lebih diperhatikan lagi serta dilakukan penelitian perbandingan
pindah silang antara lokus yang dekat dengan lokus yang jauh dari sentromer.