PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI 2 PRAJEKAN BONDOWOSO TAHUN AJARAN 2011/2012
Abstract
Salah satu bentuk pengembangan pembelajaran matematika yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif adalah pembelajaran kontekstual
(CTL). Dalam pembelajaran ini terdiri dari tujuh komponen yaitu konstruktivisme
(constructivism), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), bertanya
(questioning), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik
(authentic assessment).
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Prajekan
Bondowoso tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 24 siswa dengan rincian 4 siswa
laki-laki dan 20 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal
6 Agustus hingga 16 Agustus 2011. Pembelajaran materi relasi dan fungsi di kelas
VIIIA dilaksanakan berdasarkan komponen-komponen CTL didalamnya.
Pembelajaran diawali dengan membagi kelas menjadi 6 kelompok yang
masing-masing berjumlah 4 orang (learning community). Setiap kelompok diberi
LKS yang didalamnya terdiri dari permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari siswa (constructivism). Berdasarkan permasalahan yang ada
dalam LKS, diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep materi dari hasil
diskusi bersama kelompok (inquiry). Selain belajar dan diskusi bersama satu
kelompok, siswa juga dituntut untuk menjelaskan hasil diskusi mereka kepada
kelompok lain yaitu dengan presentasi kelompok (modelling). Dalam setiap kegiatan
yang dilakukan siswa, guru dan observer melakukan penilaian aktivitas dan hasil
belajar siswa (authentic assessment). Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah
pembelajaran tersebut, guru dituntut untuk meninjau kembali pembelajaran yang
dilakukan yaitu dengan meminta siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
mereka dapat dan menanyakan kesan dan saran siswa tentang pembelajaran yang
guru terapkan (reflection).
Pelaksanaan siklus I dan II tidak jauh berbeda. Pada siklus I persentase
ketuntasan klasikal mencapai 70, 8 %, dengan kata lain pada siklus I belum
memenuhi target yaitu 75% sedangkan pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan
yang nantinya mampu menunjang ketuntasan belajar siswa. Pada siklus II persentase
ketuntasan klasikal mencapai 83, 3%. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa dan guru sedangkan data kuantitatif
berupa nilai dari penilaian portofolio (LKS, PR), tes akhir siklus, juga data numerik
dari observasi aktivitas siswa.
Aktivitas yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dilakukan
menunjukkan peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu aktivitas siswa mengenai sikap
siswa ketika mendengarkan penjelasan guru pada siklus I dan siklus II berturut-turut
yaitu 93% dan 97%, keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah nyata yang
diberikan guru yaitu 80% dan 94%, pengaplikasian materi yang dipelajari saat
mengerjakan soal LKS yaitu 78% dan 85%, keaktifan siswa dalam diskusi yaitu 76%
dan 91%, presentasi yaitu 70% dan 75%, keaktifan mengajukan pertanyaan yaitu 56%
dan 76%, dan keaktifan menjawab pertanyaan yaitu 50% dan 74% . Sedangkan
persentase aktivitas guru berturut-turut pada siklus I dan siklus II adalah 80,6% dan
88,9%. Selain itu persentase ketuntasan siswa secara klasikal juga mengalami
peningkatan pada siklus I dan II secara berturut-turut adalah 70, 8% dan 83, 3%.