dc.description.abstract | Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah
masyarakat Indonesia. Sejak permintaan jamur meningkat baik domestik dan ekspor
dalam beberapa tahun ini, banyak petani beralih ke budidaya jamur. Jamur banyak
digemari karena disamping rasanya yang enak juga mengandung nilai protein dan
karbohidrat lebih tinggi serta kalori lebih rendah dibanding buah-buahan dan sayuran.
Untuk membudidayakan jamur ini, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran karena harus
mengatur suhu serta kelembaban yang sesuai dengan habitat jamur yang sebenarnya
untuk memperoleh hasil yang maksimal dari pembudidayaan jamur tersebut. Untuk
mempertahankan suhu dan kelembaban biasanya dilakukan secara manual. Cara
tersebut kurang efektif dan efisien, karena dapat menyebabkan terjadinya pemborosan
energi maupun waktu. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu sistem yang dapat
menjaga suhu maupun kelembaban yang diinginkan serta dapat bekerja secara
otomatis. Oleh karena itu, dengan menerapkan Fuzzy Logic Controller diharapkan
dapat menjadi solusi sistem yang diinginkan
Logika fuzzy merupakan suatu logika yang lebih dekat dengan cara berpikir
manusia. Kalau pada himpunan crisp, nilai keanggotaan hanya ada 2 kemungkinan
yaitu 0 dan 1. Pada nilai fuzzy, nilai keanggotaan terletak pada rentan 0-1. Logika
fuzzy bekerja dengan mengubah variabel kontrol (panas dan dingin, cepat atau
lambat) ke dalam tingkatan yang lebih halus (hangat atau sejuk, cukup cepat atau
agak lambat) dengan derajat keanggotaan yang bervariasi. Berbeda dengan teori
logika digital, dalam logika fuzzy, suatu kejadian tidak harus mutlak benar atau salah.
ix
Sebuah sistem logika fuzzy dapat mengurangi ketidakakuratan pada sistem klasik
yang memiliki persyaratan keanggotaan yang membatasi nilai anggota-anggota
himpunannya hanya pada satu sampai nol saja.
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu pembuatan perangkat
keras yang membantu kerja sistem, dan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
perangkat lunak untuk mengendalikan aktuator dalam proses pengendalian suhu dan
kelembaban pada kotak inkubasi jamur. Pembuatan perangkat keras dilakukan
dengan membuat kotak inkubasi jamur. Kotak inkubasi jamur ini dibuat dengan
tujuan sebagai suatu ruang tempat jamur pada saat menjalani masa inkubasi. Di dalam
kotak inkubasi jamur ini diberikan piranti pengendali suhu dan kelembaban yang
berfungsi untuk menyesuaikan suhu dan kelembaban yang sesuai saat jamur berada
dalam masa inkubasi . Sedangkan pembuatan perangkat lunak dilakukan dengan
beberapa tahapan. Antara lain tahap penentuan set point, penghitungan nilai error,
fuzzifikasi suhu dan kelembaban, implementasi aturan fuzzy, proses defuzzifikasi,
yang selanjutnya digunakan untuk menghidupkan piranti pengendali suhu dan
kelembaban yang dipakai.
Setelah pembuatan sistem dilakukan maka selanjutnya diadakan pengujian
yang bertujuan mengukur seberapa efektif sistem dalam pengendalian suhu dan
kelembaban yang diinginkan. Proses pengujian sistem dilakukan dalam dua keadaan
yang berbeda, yaitu pada siang hari dan malam hari. Pada saat siang hari, sistem
belum berjalan secara maksimal. Aktuator pengendali kelembaban sudah dapat
menyesuaikan nilai kelembaban sesuai yang diinginkan, sedangkan aktuator
pengendali suhu masih belum dapat mencapai nilai suhu yang diinginkan. sedangkan
pada pengujian malam hari, sistem sudah dapat berjalan sesuai dengan keinginan.
Aktuator pengendali suhu dan kelembaban sudah dapat menyesuaikan nilai yang
diharapkan, meskipun tidak dapat mencapai set point namun nilai suhu masih dalam
range suhu yang cocok untuk inkubasi jamur yaitu 28°C. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sistem ini dapat berjalan dengan baik pada saat malam hari, sedangkan untuk
siang hari aktuator pengendali suhu tidak dapat mencapai nilai range suhu yang
x
diinginkan. hal ini disebabkan karena nilai suhu lingkungan pada saat siang hari yang
cenderung panas dan kemampuan aktuator suhu yang belum mampu memberikan
pengaruh yang besar dalam proses penurunan suhu yang dilakukan.
Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu pengambilan sampel baglog jamur
yang dilakukan selama 12 hari. Sampel jamur digolongkan ke dalam 2 buah
kelompok sampel, yaitu kelompok sampel A dan kelompok sampel B. Yang
selanjutnya dilakukan perbandingan tingkat prosentase miselium dari kedua
kelompok sampel yang dipakai yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
aktuator pengendali suhu dan kelembaban yang dipakai dalam alat yang digunakan.
Dari penelitian selama 12 hari didapatkan hasil yaitu tingkat prosentase miselium
baglog jamur kelompok A yang diletakkan dalam alat inkubator memiliki nilai
prosentase 47% dan 52% dan kedua baglog dalam kelompok sampel A tidak ada yang
terkontaminasi sehingga miselium dapat terus berkembang, sedangkan pada
kelompok sampel B yang diletakkan dalam kotak tanpa adanya sistem pengatur suhu
dan kelembaban didapatkan hasil nilai miselium dari baglog pada kelompok sampel
B memiliki nilai prosentase 50% dan satu baglog jamur mengalami kerusakan karena
terkontaminasi sehingga miselium tidak dapat lagi berkembang atau mati. | en_US |