Show simple item record

dc.contributor.authorIka Sri Wahyuni
dc.date.accessioned2014-01-16T05:50:46Z
dc.date.available2014-01-16T05:50:46Z
dc.date.issued2014-01-16
dc.identifier.nimNIM082110101090
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/15244
dc.description.abstractTuberkulosis Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri penyebab penyakit ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. World Health Organization (WHO) menyatakan kedaruratan dunia (global emergency) terhadap penyakit Tuberkulosis paru ini sejak tahun 1993. Sampai saat ini, Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia belum ada satu negara pun yang bebas TB. Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429.000 orang. Indonesia sebagai negara terbesar kelima di dunia dengan masalah tuberkulosis ini telah menetapkan Program Pemberantasan Penyakit (P2) sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen. Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang melaksanakan program penanggulangan Tuberkulosis Paru. dan Banyuwangi merupakan kota dengan kasus Tuberkulosis Paru terbesar ketiga di Jawa Timur. Cakupan angka penemuan kasus baru (CDR) dalam tiga tahun terakhir 2009-2011 yaitu, sebesar 46 %, 51 % dan 54%. Terdapat kenaikan dalam pencapaian CDR tiap tahunnya. Meskipun terjadi peningkatan yang positif namun perkembangan tersebut masih belum dapat mencapai target minimal CDR yang telah ditetapkan secara nasional yaitu sebesar 70%. Terdapat uraian tugas program tuberkulosis yang ditetapkan secara nasional sebagai acuan dalam pelaksanaan program penanggulangan tuberkulosis khususnya kegiatan penemuan penderita baru. Kegiatan ini melibatkan seluruh petugas yang termasuk dalam tim pengelola program P2TB. Tim pengelola program P2TB/petugas pelaksana program TB paru di Puskesmas yang antara lain terdiri perawat sebagai petugas program, analis sebagai petugas labolatorium, dan dokter sebagai petugas di balai pengobatan merupakan ujung tombak dalam penemuan, pengobatan dan evaluasi penderita maupun pelaksanaan administrasi program puskesmas. Uraian tugas tersebut merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh tim pengelola program TB puskesmas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pelaksanan uraian tugas program TB di Puskemas dalam upaya penemuan penderita baru tuberkulosis paru di Kabupaten Banyuwangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dengan kuesioner dan observasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling pada puskesmas PPM dan PRM sehingga diperoleh 12 puskesmas dengan 36 petugas sebagai tempat penelitian. Teknik analisis secara deskriptif dengan memberikan gambaran secara textual dan menggunakan tabel. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa petugas pada puskesmas telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan uraian program tuberkulosis, namun pada beberapa uraian tugas belum optimal antara lain penyuluhan khusus TB, penjaringan suspek, pengambilan dan pembuatan sediaan dahak, penggunaan form TB.05 dan pemeriksaan contact tracing. Berdasarkan hasil analisa, diperlukan suatu peningkatan/alternatif program yaitu antara lain perlunya penambahan frekwensi penyuluhan TB kepada masyarakat umum, penjaringan suspek dilakukan dengan cara active case finding dan peningkatan kepekaan penemuan suspek, dan peningkatan contact racing dengan cara active selective. Saran yang dapat diberikan yaitu penemuan penderita dengan cara pasif dengan promosi aktif dengan memberikan penyuluhan khusus TB kepada masyarakat dan meningkatkan frekwensinya agar penduduk disetiap desa dapat tercakup penyuluhan TB dengan mencantumkan pada POA puskesmas, penemuan penderita dengan cara active case finding dan active selective dapat menjadi alternatif program yang diterapkan dan ditingkatkan untuk mendukung penemuan Perlu adanya peningkatan keterampilan dalam pembuatan dan pewarnaan sesuai dengan protap/pelatihan yang telah didapat pada petugas laboratorium dan pengaktifan kembali penggunaan form TB.05 sebelum melakukan pemeriksaan dahak. Bagi Dinas Kesehatan, Perlu memberikan ketentuan dalam pelaksanaan program penanggulangan TB yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing puskesmas dengan meningkatkan peran Wasor dalam pengawasan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082110101090;
dc.subjectUraian Tugasen_US
dc.titlePelaksanaan Uraian Tugas Program Tuberkulosis Di Puskesmas Dalam Upaya Penemuan Penderita Baru Tuberkulosis Baru Di Kabupaten Banyuwangi; Ika Sri Wahyuni; 082110101090en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record