STRUKTUR HEPAR DAN KADAR SGOT- SGPT SETELAH PEMBERIAN SENYAWA DIETHYLSTILBESTROL (DES) PADA MENCIT (Mus musculus L.) BETINA Strain Balb-C
Abstract
Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hepar
terjadi berbagai macam metabolisme antara lain: penyimpanan energi, pembentukan
protein dan asam empedu, dan penetralan racun. Namun, kemampuan hepar untuk
menetralkan toksin terbatas (Buntoro, 2006). Kerja hepar terganggu jika racun terlalu
banyak mengendap di dalam tubuh. Salah satu obat yang digunakan wanita
khususnya yang menginjak fase menopouse adalah diethylstilbestrol (DES). Ternyata
penggunaan DES dapat menimbulkan berbagai efek, antara lain risiko terkena kanker
payudara, dan penyakit jantung pada wanita setelah menopause.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian senyawa
diethylstilbestrol (DES) terhadap struktur hepar mencit (Mus musculus L.) betina
strain Balb-C dan mengetahui pengaruh DES terhadap kadar SGOT dan SGPT
mencit (Mus musculus L.) betina strain Balb-C.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember mulai Mei 2007–Januari
2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan yaitu kontrol, minyak wijen dan 3 perlakuan DES (0,084 µg/g BB; 0,168
µg/g BB; 0,336 µg/g BB) yang diberikan secara gavage selama 15 hari. Pada hari ke
16 dilakukan pembedahan, kemudian organ hepar diambil dan dibuat preparat
menggunakan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin. Sedangkan untuk
pengukuran SGOT dan SGPT digunakan metode kinetik berdasarkan rekomendasi
Expert Panel of the IFCC. Data hasil penelitian diuji menggunakan Anava Satu Arah
dilanjutkan dengan uji Duncan 1%.
Hasil penelitian dengan uji Anava pada hepatosit normal dengan taraf
signifikansi 1% diperoleh nilai p (0,000) < 0,01 menunjukkan adanya pengaruh DES
terhadap rata-rata jumlah hepatosit normal. Berdasarkan uji Duncan kelompok
kontrol dan wijen berbeda sangat nyata dengan kelompok perlakuan DES 0,084
µg/g BB, DES 0,168 µg/g BB, DES 0,336 µg/g BB.
Hasil analisis Anava untuk jumlah hepatosit yang mengalami piknosis
didapatkan p(0,000)<0,01. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian DES
terhadap hepatosit yang mengalami piknosis. Hasil uji Duncan menunjukkan nilai
yang berbeda sangat nyata antara kelompok kontrol, wijen, dan DES 0,336 µg/g BB.
Sedangkan untuk kelompok wijen dan DES 0,168 µg/g BB menunjukkan nilai yang
tidak berbeda sangat nyata. Hasil analisis Anava untuk jumlah hepatosit yang
mengalami vakuolisasi didapatkan p(0,000)<0,01. Hal ini menunjukkan adanya DES
berpengaruh terhadap terjadinya vakuolisasi hepatosit. Hasil uji Duncan,
menunjukkan nilai yang tidak berbeda sangat nyata antara kelompok kontrol, wijen,
DES 0,084 µg/ g BB, dan DES 0,168 µg/ g BB. Namun menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata dengan kelompok DES 0.336 µg/ g BB. Hasil analisis Anava,
hepatosit yang nekrosis didapatkan p(0,000)<0,01. Hasil uji Duncan menunjukkan
kelompok kontrol berbeda sangat nyata dengan kelompok wijen, DES 0,084 µg/g
BB, DES 0,168 µg/g BB dan DES 0,336 µg/g BB. Sedangkan kelompok DES 0,084
µg/g BB dan DES 0,336 µg/g BB menunjukkan nilai yang tidak berbeda sangat
nyata.
Berdasarkan uji Anava dengan taraf signifikansi 1% untuk rerata jumlah
SGOT dan SGPT diperoleh nilai F dengan p(0,000)<0,01. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian DES berpengaruh terhadap kadar SGOT dan SGPT. Hasil uji
Duncan menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada kelompok kontrol;
minyak wijen; DES 0,084
µg/g BB; DES 0,168 µg/g BB dan DES 0,336 µg/g BB.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian DES meningkatkan
jumlah kerusakan hepatosit berupa nekrosis pada dosis 0,168 µg/g BB. Pemberian
DES juga meningkatkan kadar SGOT dan SGPT mencit dengan kadar tertinggi pada
pemberian dosis 0,336 µg/g BB.