PENGARUH KONSENTRASI DAN pH LARUTAN SURFAKTAN SODIUM DODESIL SULFAT PADA FOULING MEMBRAN ULTRAFILTRASI
Abstract
RINGKASAN
Pengaruh Konsentrasi dan pH Larutan Surfaktan Sodium Dodesil Sulfat
pada Fouling Membran Ultrafiltrasi; Mukhlis Rifa’i, 051810301052; 2010: 67
halaman; Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember.
Limbah cair berupa surfaktan yang berasal dari pembuangan akhir industri
dan rumah tangga akan menimbulkan masalah karena sifat toxic-nya dalam
lingkungan perairan. Salah satu contoh surfaktan yang banyak digunakan dalam
produk industri seperti deterjen, produk pembersih lantai, dan beberapa kebutuhan
rumah tangga lainnya adalah surfaktan anionik sodium dodesil sulfat (SDS).
Salah satu cara penanganan limbah cair adalah menggunakan teknologi
membran. Pada umumnya jenis membran yang digunakan adalah membran
ultrafiltrasi yang proses pemisahannya menggunakan gaya dorong beda tekanan
dan sangat dipengaruhi oleh ukuran pori membran terhadap ukuran partikel dan
sifat hidrofilisitas membran. Pemisahan surfaktan dengan membran ultrafiltrasi
dapat digunakan dalam sebuah rencana industri dengan tujuan daur ulang terhadap
surfaktan atau sebagai tahap akhir sebelum limbah dilepaskan ke lingkungan.
Selama proses pemisahan, surfaktan dapat menyebabkan fouling yaitu
adsorpsi atau perubahan posisi partikel pada atau di dalam pori membran. Fouling
dapat menyebabkan penurunan kinerja membran yaitu fluks. Fouling pada
membran terjadi akibat interaksi yang spesifik secara fisik atau kimia antara
berbagai padatan terlarut dengan membran. Kecenderungan fouling pada
membran ultrafiltrasi dapat diukur dengan menggunakan parameter tes fouling.
Salah satunya diantaranya menggunakan indeks filtrasi membran (IFM). Secara
hipotesis, IFM didasarkan pada hambatan filtrasi, sehingga dengan kenaikkan
konsentrasi surfaktan maka hambatan akan semakin besar. Selain konsentrasi
surfaktan, pH surfaktan juga mempengaruhi adsorpsi pada permukaan membran
(Rosen, 1989). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh
konsentrasi surfaktan sodium dodesil sulfat (SDS) terhadap fouling (IFM)
membran ultrafiltrasi, mengetahui kecenderungan fouling (IFM) dengan variasi
vii
pH surfaktan SDS pada membran ultrafiltrasi, dan mengetahui pengaruh
hidrofilisitas membran terhadap kecenderungan fouling.
Penelitian ini dilakukan berlangsung dalam tiga tahap. Tahap awal
meliputi preparasi larutan SDS dan buffer, penentuan konsentrasi kritis misel SDS
(konsentrasi surfaktan SDS 0,002–0,012 M dengan kondisi pH asam, netral, dan
basa), dan proses pembuatan membran selulosa asetat (MCA), poliamida (MPA),
dan polisulfon (MPSf) dengan teknik inversi fasa. Tahap kedua yaitu uji kinerja
membran yang meliputi uji fluks membran yang terlebih dahulu dilakukan
kompaksi terhadap membran yang akan diuji dan penentuan koefisien rejeksi
membran. Tahap akhir meliputi penentuan IFM membran ultrafiltrasi terhadap
surfaktan SDS (konsentrasi surfaktan di bawah dan di atas KKM dengan kondisi
pH asam, netral, dan basa), dan penentuan fluks air pada membran yang telah
terfouling oleh SDS. Tekanan operasional yang digunakan adalah 2 bar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fouling yang terjadi pada membran
dipengaruhi konsentrasi larutan umpan SDS. Membran selulosa asetat dan
membran poliamida mempunyai nilai IFM yang lebih besar pada saat kondisi
SDS berada di atas KKM daripada di bawah KKM dan sebaliknya pada membran
polisulfon. Kondisi pH larutan SDS mempengaruhi tercapainya nilai KKM;
semakin rendah pH larutan SDS maka semakin rendah pula nilai KKM.
Peningkatan pH pada larutan SDS dapat meningkatkan kecenderungan nilai IFM
yang semakin besar pada membran selulosa asetat dan membran poliamida dan
sebaliknya pada membran hidrofobik (membran polisulfon). Hidrofilisitas
membran berpengaruh terhadap fouling membran. Membran hidrofilik (membran
selulosa asetat dan membran poliamida) memiliki nilai IFM yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan membran hidrofobik (membran polisulfon). Membran
selulosa asetat dan membran poliamida meskipun sama-sama bersifat hidrofilik,
ternyata membran poliamida memiliki nilai IFM yang relatif lebih besar daripada
membran selulosa asetat. Urutan hidrofilisitas MCA > MPA > MPSf sehingga
diperoleh nilai IFM MPA > MCA > MPSf.