dc.description.abstract | Uji Aktivitas Ovisidal Terhadap Telur Ascaris suum Dan Penentuan Parameter
Standar Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica charantia L); Agitta Marantika
A, 032210101069; 2008: 62 halaman; Program Studi Farmasi Universitas Jember.
Penyakit cacing merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Dari hasil penelitian prevalensi penyakit cacingan masih tinggi, yaitu 6070%.
Salah satu pengobatan alternatif dalam mengobati penyakit cacingan adalah
dengan memanfaatkan bahan alam, seperti daun pare (Momordica charantia L.). Uji
aktivitas antelmintik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan uji ovisidal
karena selama ini penelitian-penelitian hanya mengarah pada uji aktivitas antelmintik
dengan metode vermisidal.
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas ovisidal, dengan menghitung telur
rusak setiap 100 telur pada jam ke-3, dan telur yang tidak rusak diamati
perkembangannya pada hari ke 10, 20 dan 30. Kerusakan telur A. suum akibat
pemberian ekstrak daun pare pada jam ke 3 dapat diketahui IC
dengan
menggunakan analisis probit. Dan pada hari ke 10, 20 dan 30 diperhatikan daya
berembrio dari telur A. suum. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengetahui
sampai seberapa jauh ekstrak daun pare menghambat perkembangan telur A. Suum
dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ANOVA satu arah untuk
menguji kemaknaan pada tiap konsentrasi ekstrak daun pare tersebut. Bila
menunjukkan perbedaan bermakna, dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significance
Different) dengan tingkat kepercayaan 95%. Penentuan parameter ekstrak yang
dilakukan adalah parameter non spesifik yaitu susut pengeringan, parameter spesifik
yang dilakukan yaitu organoleptik dan kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
dan uji kandungan kimia yang dilakukan yaitu profil kromatogram.
50
Konsentrasi yang digunakan pada uji aktivitas ovisidal adalah 0,20% (b/v);
0,50% (b/v); 1,00% (b/v) dan 2,00% (b/v). Batas penggunaan DMSO adalah 1% dari
20 ml larutan uji. Hasil uji aktivitas ovisidal pada jam ke 3 menunjukkan nilai IC
sebesar 1,05% hal ini berarti bahwa pada konsentrasi tersebut telur akan mengalami
kerusakan sebesar 50% dari jumlah telur yang ada pada rendaman ekstrak daun pare.
Berdasarkan hasil uji ANOVA tidak terdapat perbedaan yang sigifikan pada tiap
konsentrasi ekstrak daun pare terhadap daya hambat perkembangan telur.
Penentuan parameter non spesifik susut pengeringan ekstrak daun pare
dilakukan dengan metode gravimetri dalam rentang pemanasan adalah 1 jam, ratarata
susut
pengeringan
ekstrak
daun
pare
adalah
11,48±0,012%.
Nilai
ini
memberikan
batasan
maksimal
besarnya
senyawa
yang
hilang
pada
proses
pengeringan.
Parameter
spesifik
organoleptik berbentuk ekstrak kental, berwarna hijau, bau khas aromatik
dan rasa pahit. Dan parameter spesifik kadar senyawa terlarut dalam air sebesar
24,97±0,03% hal ini berarti bahwa batas minimal senyawa yang larut dalam air
adalah sebesar 24,97±0,03% dan kadar senyawa terlarut dalam etanol sebesar
73,07±0,01% hal ini berarti bahwa batas minimal senyawa yang larut dalam etanol
adalah sebesar 73,07±0,01%. Uji kandungan kimia profil kromatogram menggunakan
densitometer pada panjang gelombang 254 nm menunjukkan 14 puncak dan pada 365
nm 12 puncak. | en_US |