dc.description.abstract | Salah satu sumber daya alam potensial yang dapat dimanfaatkan adalah
tanaman obat, obat tradisional yang berasal dari tanaman memiliki efek samping yang
jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibanding obat-obat kimia, salah satunya adalah
beluntas. Dalam hal ini daun beluntas memiliki kadungan flavonoid yang mampu
menghambat perlekatan bakteri dengan cara mengikat protein permukaan bakteri dan
menurunkan hidrofobisitas reseptor pada membran sel fagosit. Respon tahap awal
dari inflamasi terhadap infeksi bakteri adalah proses adhesi berupa perlekatan bakteri
pada sel monosit. Salah satu fungsi monosit yaitu berperan pada proses fagositosis.
Proses fagositosis adalah sebagian dari respons imun non spesifik dan yang pertama
kali mempertemukan
host dengan benda asing. Untuk menelan partikel atau patogen,
fagosit memperluas bagian membran plasma kemudian membungkus membran di
sekeliling partikel hingga terbungkus. Ketika berada di dalam sel, patogen yang
menginvasi disimpan di dalam endosom kemudian bersatu dengan lisosom. Lisosom
mengandung enzim dan asam yang membunuh partikel. Selain mempunyai peran
fagositosis monosit juga berperan sebagai sel yang bisa mempresentasikan antigen
(
antigen presenting cell = APC). Monosit terlebih dahulu berubah menjadi sel
dendritik, yang merupakan kelompok sel yang bisa mempresentasikan antigen.
Mikroba bakteri dan antigen protein terlarut dipecah dalam fagolisosom menjadi
partikel berukuran kecil. Partikel ini kemudian akan di -tampilkan di permukaan sel
berikatan dengan molekul peptida dan akan dikenal oleh sel Th (sel T helper).
Peristiwa ini disebut antigen processing. Protein asing akan diproses, kemudian akan
ditampilkan di permukaan sel
APC dan akan dikenal oleh sel limfosit Ts (sel T
supressor). Dapat disimpulkan bahwa monosit penting dalam memulai dan mengatur
respons imun. Dalam penelitian ini bakteri yg digunakan adalah bakteri
S. mutans.
vii
Merupakan bakteri yang memiliki kemampuan menempel pada sel inang.
S. mutans
juga merupakan salah satu bakteri penting yang dijumpai di rongga mulut. Jenis
bakteri ini merupakan bakteri penyebab utama timbulnya karies gigi. Berdasarkan
uraian diatas mengenai bakteri S. mutans mempunyai kemampuan menempel pada sel
monosit, serta adanya kandungan flavonoid yang dimiliki oleh tanaman beluntas,
perlu diketahui bagaimana daun beluntas dapat mempengaruhi adhesi S. mutans
terhadap sel monosit.
Adapun rancangan pada penelitian ini adalah penelitian dengan kelompok
kontrol
the post test only control group design. Sampel dibagi dalam 5 kelompok.
Kelompok (K) adalah kelompok kontrol yang terdiri dari monosit murni yang
diberikan media HBSS (Hank’s Buffered Salt Solution). Kemudian kelompok P1
diberikan ektrak daun beluntas 25%, kelompok P2 diberikan ektrak daun beluntas
50%, kelompok P3 diberikan ektrak daun beluntas 75% dan kelompok P4 diberikan
ektrak daun beluntas 100%. Adapun prosedur uji adhesi ini diperoleh dari banyaknya
S. mutans yang menempel pada satuan sel monosit. Dalam penelitian ini, data yang
didapatkan dianalisa menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji kolmogorov
smirnov untuk uji normalitas dan dilakukan uji statistik parametrik, yaitu one way
annova
serta apabila terdapat perbedaan nyata (p<0,05) dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan adhesi S. mutans terhadap
monosit yang bermakna (P<0,05) antara kelompok kontrol yaitu sel monosit tanpa
inkubasi ekstrak beluntas dengan kelompok perlakuan yang diinkubasi ekstrak
beluntas. Semakin tinggi konsentrasi esktrak daun beluntas berpengaruh terhadap
semakin sedikitnya
S. mutans yang berdhesi pada sel monosit. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah esktrak daun beluntas efektif menurunkan adhesi S. mutans
terhadap monosit. Dengan diketahuiya kandungan flavonoid dalam beluntas mampu
menghambat adhesi S. mutans pada sel monosit, diharapkan memiliki manfaat dalam
mengatasi infeksi dalam rongga mulut yang disebabkan bakteri. | en_US |