EFEK TEMBAGA (Cu) PADA BEDA POTENSIAL LISTRIK PERMUKAAN DAUN KANGKUNG (Ipomoea aquatica)
Abstract
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui beda potensial listrik permukaan
daun kangkung sebagai efek variasi konsentrasi tembaga pada media tanamnya, telah
dilakukan pada bulan November 2008 sampai dengan Juni 2009 di Laboratorium
Biofisika Jurusan Fisika dan Green House Laboratorium Botani Jurusan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Jember. Hal ini penting dilakukan karena kangkung
merupakan salah satu tanaman air yang banyak dikonsumsi masyarakat dan tumbuh
di daerah lingkungan air yang mungkin tercemar, misalnya pada daerah disekitar
pembuangan limbah dari industri pewarnaan kertas, minyak bumi, pelapisan yang
biasanya banyak mengandung logam berat tembaga. Konsumsi tembaga pada
konsentrasi tinggi pada manusia menyebabkan kerusakan otak, penurunan fungsi
ginjal dan pengendapan tembaga dalam kornea mata. Efek tembaga pada tanaman
dalam konsentrasi yang rendah (defisiensi) menyebabkan daun muda sering menjadi
berwarna hijau gelap dan terpilin yang selanjutnya menyebabkan klorosis yaitu daun
menjadi warna kuning, sedangkan efeknya pada konsentrasi tinggi menyebabkan
klorosis intervenal. Efek visual tersebut juga terjadi pada tanaman akibat logam berat
lain seperti Mg, sehingga pengamatan visual sebagai data pendukung dan luas daun
juga diamati dalam penelitian ini, selain pengukuran beda potensial listrik permukaan
daun.
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan bahwa pemberian konsentrasi yang
berbeda dengan 5 variasi konsentrasi tembaga (0,04 ppm, 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm,
dan 200 ppm) dengan masing-masing lima kali pengulangan mendapatkan nilai beda
potensial yang berbeda-beda. Pengamatan yang telah dilakukan pada setiap
minggunya menunjukkan bahwa nilai rata-rata beda potensial terendah didapatkan
vii
sebesar 52±2 mV pada konsentrasi tembaga 200 ppm dan nilai rata-rata beda
potensial tertinggi didapatkan sebesar 153±6,63 mV pada konsentrasi 10 ppm.
Berdasarkan uji statistik one-away ANOVA, efek tembaga pada beda potensial listrik
tidak berbeda secara signifikan pada konsentrasi tembaga 0,04 ppm dengan nilai
beda potensial untuk konsentrasi tembaga 10 ppm pada kangkung hal ini
menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut masih merupakan kebutuhan normal
tanaman dan dapat dijadikan kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengkuran beda potensial permukaan daun
mempunyai efek yang lebih cepat dari pada efek pengukuran luas daun. Sedangkan
apabila dikaitkan dengan gejala visual efek tersebut baru teramati pada minggu ke-5
dan ke-6 pada akhir pengukuran yaitu pada konsentrasi tinggi tembaga 100 ppm dan
tembaga 200 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran beda potensial listrik
permukaan daun pada tanaman lebih efektif dijadikan indikator untuk mengetahui
efek variasi tembaga pada kangkung dari pada efek visual dan luas daun.