Pola Distribusi Tumbuhan Sirih (Piper betle Linn.) Di Blok Krecek Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur
Abstract
Sirih (Piper betle Linn.) merupakan tumbuhan obat yang sangat besar
manfaatnya. Daunnya banyak digunakan untuk mengobati mata merah, membuat
suara nyaring, dan mengobati disfungsi ereksi. Hal ini karena tumbuhan obat yang
sudah dikenal sejak tahun 600 SM tersebut mengandung zat antiseptik pada seluruh
bagiannya. Zat antiseptik tersebut mampu membunuh jamur. Kandungan fenolnya
dalam sifat antiseptiknya bersifat lima kali lebih efektif dibandingkan dengan fenol
biasa (Mooryati, 1998). Berdasarkan potensi Sirih yang besar tersebut, maka
dilakukan penelitian tumbuhan Sirih khususnya tentang pola distribusinya di Blok
Krecek TN Meru Betiri, Jember, Jawa Timur. Blok Krecek dipilih sebagai lokasi
penelitian karena tumbuhan Sirih banyak yang tumbuh di lokasi ini dan pola
distribusinya belum diketahui. Sehingga, perlu dilakukan penelitian tentang pola
distribusi tumbuhan ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola distribusi tumbuhan Sirih
di Blok Krecek Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur dengan
menggunakan analisis Poisson. Dalam menentukan pola distribusi tumbuhan, Poisson
memiliki hipotesis, yaitu Hipotesis Poisson, yang menyatakan bahwa:
1. H
= tumbuhan terdistribusi secara acak.
2. Jika nilai hasil x
o
2
hitung > x
tabel maka hipotesis nul di tolak, sehingga
distribusi tumbuhan non acak.
viii
2
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode plot, plot-plot diletakkan
secara random dengan menggunakan teknik undian (Pengembangan dari MuellerDumbois
and Ellenberg, 1974). Data yang yang diambil berupa jumlah tumbuhan
Sirih di dalam plot dan kondisi fisik lingkungan (pH tanah, suhu udara, kelembaban
udara, kemiringan dan ketinggian). Keberadaan tumbuhan Sirih di analisis dengan
tabel Poisson, sedangkan data kondisi fisik lingkungan dianalisis dengan menghitung
rata-rata hasil perhitungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai χ distribusi tumbuhan Sirih adalah non acak. Dengan demikian hipotesis nul ditolak
dengan χ
2
hitung (190,9074) yang lebih besar dari pada χ hitung X tabel 2 2
tabel (11,34) pada derajat
kebebasan 5 - 2 = 3 dan taraf signifikasi 99%. Pola distribusi non acak tersebut terdiri
dari seragam (regular) dan mengelompok (clumped). Hardjosuwarno (Tanpa Tahun)
menyatakan bahwa: (1) jika nilai pengamatan pada kelas kedua > daripada nilai
harapan pada kelas kedua, maka tumbuhan terdistribusi secara seragam (regular), (2)
jika nilai pengamatan pada kelas ketiga, keempat, kelima, atau keenam > daripada
nilai harapan masing-masing kelas tersebut, maka tumbuhan terdistribusi secara
mengelompok (clumped).
Hasil perhitungan Poisson, menunjukkan nilai pengamatan
pada kelas kelima dan keenam > daripada nilai harapan pada masing-masing kelas
tersebut (nilai pengamatan dan harapan: 10 dan 8,121535 pada kelas kelima, 20 dan
3,086183 pada kelas keenam). Dengan demikian pola distribusi tumbuhan Sirih
adalah mengelompok Pola distribusi yang mengelompok ini dimungkinkan oleh
penyebaran buah hasil reproduksi generatif, reproduksi vegetatif serta faktor