Survei Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMA Negeri Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Jember (Studi pada Siswa SMA Negeri Kelas XI di Kecamatan Kota dan di Luar Kecamatan Kota Kabupaten Jember)
Abstract
Remaja merupakan orang dengan kelompok umur antara 12 - 24 tahun yang
sedang mengalami masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa sehingga
terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif dan psikososial yang membuat remaja
rentan terhadap pengaruh lingkungan. Status perkotaan dan pedesaan menyebabkan
perbedaan perilaku remaja yang tinggal pada daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengaji karakteriatik remaja, perbedaan pengetahuan, sikap dan praktek remaja
perkotaan dan pedesaan terkait kesehatan reproduksi remaja yang meliputi
seksualitas, proses perkembangan remaja, risiko reproduksi (kehamilan, kehamilan
tidak diinginkan, aborsi dan penyakit menular seksual), perilaku seks dan pemakaian
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Penelitian ini bersifat dekriptif dengan teknik pengambilan sampel secara two
stage cluster sampling. Penelitian dilakukan pada 6 SMA Negeri yaitu SMA Negeri 1
Jember dan SMA Negeri 2 Jember sebagai SMA Negeri perkotaan serta SMA Negeri
1 Kalisat, SMA Negeri 1 Pakusari, SMA Negeri Ambulu dan SMA Negeri 1
Jenggawah sebagai SMA Negeri Pedesaan. Sampel penelitian berjumlah 90 siswa
yang terdiri 39 (43,3%) di perkotaan dan 51 (56,7%) di pedesaan dan secara secara
acak sampel diambil di lapangan. Data primer akan diperoleh dari angket. Hasil
penelitian dianalisis secara deskriptif tanpa uji statistik dan disajikan dalam bentuk
tabel dan tekstular.
Hasil penelitian ini responden terdiri dari 51 siswa laki-laki dan 39 siswa
perempuan; 67,8% berumur 17 tahun; 96,7% beragam islam; 86,7% tinggal bersama
orang tua dan 83,3% diasuh oleh kedua orang tua; 50% memiliki jumlah uang saku
per bulan kurang dari Rp. 100.000,-. Di kota, 22% ayah responden tamat perguruan
vii
tinggi sedangkan di desa 31,1% tamat SMP atau SMA sedangkan ibu responden
23,4% di kota dan dan 26,7% di desa tamat SMP atau SMA. Pekerjaan orang tua
responden, 23,3% ayah responden di kota bekerja sebagai pegawai negeri sedangkan
di desa hanya 10% dan ada 16,7% di desa sebagai petani. Baik di desa maupun di
kota, ibu responden tidak bekerja yaitu 22,2% di kota dan 20% di desa.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 43,3% responden di perkotaan, terkait
dengan kesehatan reproduksi remaja, rata-rata responden memiliki tingkat
pengetahuan tinggi yaitu 31,1% responden, sikap positif yaitu 37,8% responden dan
praktek positif yaitu 42,2% responden. Tidak ada satupun responden di kota yang
memiliki tingkat pengetahuan rendah serta sikap dan praktek negatif sedangkan di
pedesaan dari 56,7% responden masih ada yang berpengetahuan rendah yaitu 3,3%
responden, sikap negatif 1,1% responden dan praktek negatif 1,1% responden.
Penelitian ini menunjukkan bahwa baik di kota maupun di desa masih
terdapat pengetahuan yang salah tentang ciri-ciri pubertas pada laki-laki dan
perempuan, masa subur, kejadian jerawat serta KTD. Sehingga mereka relatif belum
memiliki kesiapan yang normal ketika menghadapi fenomena perkembangan
reproduksinya. Selain itu masih terdapat pengetahuan yang salah tantang cara
penularan PMS terutama pada responden di desa. Mitos tentang seksualitas ternyata
lebih melekat pada remaja pedesaan daripada remaja perkotaan dan di desa lebih
agresif untuk membicarakannya. Jika dibandingkan dengan remaja di kota, remaja di
desa lebih permisif untuk melakukan aborsi jika terjadi KTD, seks di luar nikah serta
pemakaian NAPZA tetapi jika terjadi PMS responden di desa lebih banyak yang
memiliki sikap untuk tidak berdiam diri. Sehingga dalam praktekpun remaja di desa
lebih berani melakukan berbagai aktivitas pada saat pacaran, melakukan seks di luar
nikah serta memakai NAPZA. Selain itu remaja di desa ada yang pernah mengalami KTD dan terkena PMS dan di kota tidak ada satupun.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]