dc.description.abstract | Maloklusi adalah oklusi gigi yang menyimpang dari normal. Pada tahun 1991
di Indonesia diperoleh angka prevalensi maloklusi yang masih tinggi yaitu sekitar
70,27-99,89%. Prevalensi maloklusi yang masih tinggi menunjukkan kebutuhan
perawatan ortodonsi yang tinggi pula. Tujuan perawatan ortodonsi adalah untuk
memperoleh dan mempertahankan keadaan normal dan aktivitas fisiologik yang
sebenarnya dari gigi, jaringan lunak mulut, otot muka dan pengunyahan dengan
maksud untuk menjamin sejauh mungkin perkembangan dan fungsi dentofasial yang
optimum. Memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu diagnosis yang tepat, rencana
perawatan yang tepat, dan teknik perawatan yang disesuaikan dengan keperluan,
dengan menggunakan piranti, baik piranti cekat maupun piranti lepasan. Piranti cekat
merupakan salah satu dari teknik perawatan ortodonsi. Pada perawatan ortodonsi
khususnya dengan piranti cekat perlu dilakukan evaluasi terhadap perubahanperubahan
yang
terjadi selama perawatan. Sefalometri (metode pengukuran dimensi
kepala) merupakan metode pertama untuk penilaian perawatan ortodonsi. Salah satu
analisis dalam sefalometri adalah analisis angular. Analisis angular digunakan untuk
determinasi posisi dari komponen tulang fasial. Salah satu sudut dalam analisis
angular adalah sudut SNA. Sudut SNA memberikan informasi profil wajah
seseorang. Sudut tersebut menggambarkan derajat prognasi dari maksila. Hal ini
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan rencana perawatan
dan menilai hasilnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan sudut SNA dan besarnya perubahan sudut SNA setelah perawatan
ortodonsi dengan piranti cekat.
vii
Populasi penelitian adalah pasien yang dirawat dengan piranti ortodonsi cekat
dengan sistem perlekatan langsung pada bulan Agustus 2007 – November 2007 di
klinik gigi kotatif Jember. Subjek penelitian ini diambil dari populasi tersebut
dengan metode total sampling sehingga diperoleh jumlah subjek sebanyak 9 orang.
Kemudian dilakukan pengukuran sudut SNA dari 9 subjek sebanyak empat kali, yaitu
sebelum perawatan dan 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan setelah perawatan, kemudian
menghitung besarnya perubahan sudut SNA dari masing-masing waktu pengukuran.
Pengukuran sudut SNA dilakukan dengan metode penapakan yang dilakukan di atas
mika transparan yang diletakkan tepat di atas sefalogram dengan spidol permanen
ukuran kecil (F). Kemudian menghubungkan titik S (sella tursica), N (nasion), dan A
(subspinale) sehingga membentuk sudut SNA.
Hasil pengukuran rata-rata sudut SNA sebelum perawatan adalah sebesar
84,8°. Setelah subjek menjalani perawatan selama 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan sudut
SNA masing-masing berkurang menjadi 84,4°, 83,7°, dan 82, 9°. Data dianalisis
dengan Paired t-test dengan derajat kemaknaan 95% (p<0,05). Dari pengujian
statistik didapatkan bahwa tidak ada perubahan antara sebelum dan setelah 1 bulan
perawatan dan terdapat perubahan antara sebelum dan setelah 2 bulan dan 3 bulan
perawatan.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah terdapat perubahan sudut SNA antara
sebelum dan setelah 2 bulan perawatan yaitu sebesar 1,1° serta antara sebelum dan
setelah 3 bulan perawatan yaitu sebesar 1,9°. | en_US |