PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN MAHKOTA DEWA ( PHALERIA PAPUANA WARB. VAR. WICHANANNII (VAL)BACK ) TERHADAP JUMLAH MAKROFAG JARINGAN GRANULASI POST EKSTRAKSI GIGI TIKUS WISTAR JANTAN
Abstract
Pengaruh Pemberian Seduhan Mahkota Dewa (Phaleria Papuana Warb. Var.
Wichanannii (Val)Back ) Terhadap Jumlah Makrofag Jaringan Granulasi Post
Ekstraksi Gigi Tikus Wistar Jantan; Elok Dewantari, 031610101092; 2007: 48
halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Di Indonesia lebih dari 940 jenis flora yang telah digunakan sebagai obat
tradisional. Tanaman obat merupakan salah satu sumber daya alam potensial yang
dapat dimanfaatkan, baik secara tradisional sebagai obat, jamu maupun sebagai bahan
kosmetik. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari
tanaman memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibanding
obat-obat kimia. Salah satunya adalah tanaman mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa). Meskipun pembuktian ilmiah tentang tanaman ini masih terbatas,
namun diketahui bahwa mahkota dewa memiliki banyak kandungan kimia,
diantaranya alkaloid, polifenol, saponin, flavonoid, yang diduga dapat digunakan
sebagai obat antiradang. Ekstraksi gigi menyebabkan keradangan, yang ditunjukkan
dengan pengeluaran sel radang, salah satunya makrofag. Oleh karena itu dilakukan
penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh seduhan mahkota dewa terhadap
jumlah makrofag pada jaringan granulasi post ekstraksi gigi tikus Wistar jantan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian seduhan
(kulit beserta daging buah) mahkota dewa terhadap jumlah makrofag pada jaringan
granulasi post ekstraksi gigi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai kemampuan seduhan (kulit beserta daging buah) mahkota dewa
sebagai anti radang.
Penelitian ini menggunakan 36 ekor tikus Wistar yang dibagi menjadi 3
kelompok, masing-masing 12 ekor tikus. Pada kelompok 1 sebagai kelompok kontrol
normal tidak dilakukan ekstraksi gigi dan tidak diberi seduhan (kulit beserta daging
buah) mahkota dewa, kelompok 2 dilakukan ekstraksi gigi sebagai kontrol negatif.
Kelompok 3 dilakukan ekstraksi gigi dan diberi seduhan (kulit beserta daging buah)
mahkota dewa sebagai kelompok perlakuan. Ketiga kelompok tersebut dibagi dalam
3 sub kelompok, tiap sub kelompok terdiri dari 4 ekor tikus Wistar yang kemudian
dikorbankan pada hari ke-2, 5 dan 8. Setelah dikorbankan, tikus Wistar diambil
rahangnya, dibuat preparat jaringan dari soket bekas pencabutan gigi dan jumlah
makrofag diamati dengan mikroskop. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan uji Two-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah makrofag pada kelompok
perlakuan lebih rendah dibanding rata-rata jumlah makrofag pada kelompok kontrol
negatif. Efek anti radang dari seduhan (kulit beserta daging buah) mahkota dewa
terlihat nyata pada kelompok yang dilakukan ekstraksi gigi dan diberikan seduhan
(kulit beserta daging buah) mahkota dewa hal ini ditunjukkan dengan penurunan ratarata
jumlah makrofag dibandingkan kelompok yang hanya dilakukan ekstraksi.
x
Keadaan ini disebabkan adanya bahan-bahan kimia yang terkandung dalam seduhan
(kulit beserta daging buah) mahkota dewa, diantaranya saponin dan flavonoid.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian seduhan mahkota
dewa dapat menurunkan jumlah makrofag pada jaringan post ekstraksi, akan tetapi
lama pemberian tidak mempengaruhi penurunan tersebut.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2086]