dc.description.abstract | Tindak tutur merupakan perilaku berbahasa seseorang berupa tindak ujaran dalam
situasi tuturan tertentu. Pada salah satu jenis tindak tutur yang berbentuk tindak tutur
asertif penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Tindak tutur ini
bermaksud menjelaskan sesuatu yang dituturkan dapat dipercaya atau disangkal
(ditolak) sehingga tuturan dapat dibuktikan benar tidaknya. Tindak tutur dalam situasi
semacam itu juga digunakan dalam dialog para tokoh pada film. Dialog para tokoh film
merupakan proses komunikasi yang cukup menarik karena sangat erat kaitannya dengan
pencapaian karakter setiap tokoh dalam sebuah film. Film Denias, Senandung di Atas
Awan (DSAA) merupakan film yang mengangkat kisah nyata dari perjuangan seorang
anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak di pedalaman Papua. Dialog film ini
dipilih sebagai objek penelitian sebab menarik untuk dikaji secara pragmatik. Hal ini
karena ditemukan banyak segmen tuturan yang diindikasi merupakan tindak tutur asertif
dengan dialek khas suku Papua. Dalam film ini, tokoh yang lebih dewasa banyak
menunjukkan tuturan-tuturan yang berwujud asertif (penjelasan) kepada mitra tutur
yang kebanyakan anak-anak. Tuturan tersebut disesuaikan dengan konteks lingkungan
dalam film DSAA. Apalagi karena segmentasi film ini adalah untuk keluarga yang juga
dapat ditonton anak-anak. Oleh karena itu, masalah yang diangkat dalam penelitian ini
meliputi: (1) apa sajakah jenis tindak tutur asertif yang digunakan dalam dialog Film
Denias, Senandung di Atas Awan?; dan (2) bagaimanakah pola pasangan berdampingan
yang digunakan dalam dialog Film Denias, Senandung di Atas Awan?.
Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur asertif serta pola pasangan berdampingan
dalam film DSAA. Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah segmen tuturan dan
konteks tuturan yang diidentifikasi sebagai tindak tutur asertif serta berpola pasangan
berdampingan dari peristiwa tutur dalam film DSAA. Analisis data menggunakan
metode interaktif, yaitu analisis data yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan, yaitu tahap pengumpulan data, penyajian data, serta penarikan
kesimpulan dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam dialog film DSAA terdapat
berbagai jenis tindak tutur dan tindak tutur yang paling banyak muncul adalah tindak
asertif. Dari hasil tersebut diketahui, pertama ditemukan tiga belas jenis tindak tutur
asertif di dalam film DSAA, yaitu (1) tindak tutur memberitahu atau menginformasikan
sesuatu; (2) tindak tutur bercerita; (3) tindak tutur menyatakan; (4) tindak tutur
mengakui; (5) tindak tutur menjawab; (6) tindak tutur memprediksi; (7) tindak tutur
menjelaskan; (8) tindak tutur membantah; (9) tindak tutur membenarkan; (10) tindak
tutur menunjukkan; (11) tindak tutur membetulkan atau mengoreksi; (12) tindak tutur
mengira; dan (13) tindak tutur mengingatkan. Kedua, terdapat dua belas pasangan
berdampingan yang merupakan pola percakapan dalam film DSAA yang meliputi, (1)
pertanyaan-jawaban; (2) pemberian informasi-tanggapan; (3) keluhan-bantahan; (4)
permintaan maaf-keluhan; (5) permintaan-pemersilaan; (6) permintaan-penolakan; (7)
penawaran-penerimaan; (8) penawaran-penolakan; (9) perintah-pelaksanaan; (10)
perintah-bantahan; (11) panggilan-jawaban; dan (12) sindiran-sindiran.
Kesimpulannya, dari ketigabelas jenis tindak tutur asertif, yang paling banyak
muncul adalah tindak tutur menjawab. Tindak tutur menjawab merupakan tuturan induk
yang dapat menjadi tuturan asertif yang lain seperti tindak tutur menjelaskan,
membenarkan, membantah, dan sebagainya. Tuturan ini muncul tidak sekedar karena
menjawab tuturan pertanyaan, tetapi juga sebagai tanggapan dari suatu proposisi yang
dimaksud, sehingga dapat menjadi tuturan yang dipahami sesuai konteks. Selanjutnya,
dari kedua belas pola pasangan berdampingan, pola pertanyaan-jawaban muncul paling
banyak. Dengan banyaknya kemunculan pola ini, maka semakin mendukung munculnya
tindak tutur asertif, terutama tindak menjawab dan tindak menjelaskan. Selain itu
dialog yang berwujud asertif para tokoh film secara keseluruhan dapat terjalin dengan
baik.
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah pertama, hasil
penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang teori
pragmatik khususnya mengenai tindak tutur asertif serta pola pasangan berdampingan
dalam film DSAA. Kedua, bagi guru bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih tindak asertif yang tepat dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah. Ketiga hasil penelitian ini diharapkan dapat
dikembangkan dan dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya baik yang berhubungan
dengan bidang pragmatik, atau tentang film. | en_US |