Pengaruh Pembungkusan dan Suhu Simpan terhadap Sifat Fisiko-Kimia Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) dan Pemanfaatannya sebagai Buku Suplemen
Abstract
Buah jambu biji merupakan salah satu buah tropis yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia. Buah jambu biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah
segar, juice, sari buah, dan selai. Selain karena rasa buah yang segar, jambu biji
ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, yakni besarnya kandungan
vitamin C dan kandungan kimia lain yang ikut berperan penting dalam proses
metabolisme tubuh. Berdasarkan hal tersebut, saat ini di wilayah Indonesia telah
banyak pembudidayaan buah jambu biji berbagai varietas, namun di pasar tradisional
dan supermarket jambu biji bangkok dan merah getas menduduki peringkat pertama
sebagai buah yang banyak dikonsumsi. Namun ternyata pesatnya pembudidayaan
jambu biji tidak diimbangi dengan teknik pengolahan buah setelah panen, mengingat
bahwa buah jambu biji termasuk dalam golongan buah klimaterik, yakni buah yang
tergolong aktif menghasilkan gas etilen setelah pertumbuhannya, sehingga buah cepat
matang dan mengalami pembusukan. Rata-rata lama hari penyimpanan buah jambu
biji berdaging merah hanya berkisar 7-8 hari (varietas beda membutuhkan waktu
simpan yang berbeda pula). Oleh karena itu penanganan pasca panen menjadi salah
satu titik terpenting dalam memperpanjang lama hari penyimpanan buah jambu biji.
Selain itu ternyata waktu simpan jambu biji juga mempengaruhi kandungan kimia
buah jambu, yakni padatan total terlarut dan vitamin C, hal ini berkaitan dengan
proses metabolisme di dalam buah yang terus terjadi walaupun buah telah dipetik
atau tidak lagi menempel di pohon.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara pengaruh
pembungkusan dan suhu simpan terhadap sifat fisik buah jambu biji (Psidium
guajava L.), untuk mengetahui interaksi antara pembungkusan dan suhu simpan
terhadap sifat kimia buah jambu biji (Psidium guajava L.), dan untuk mengetahui
apakah hasil penelitian tentang pengaruh pembungkusan dan suhu simpan terhadap
sifat fisiko-kimia buah jambu biji (Psidium guajava L.) layak dijadikan sebagai buku
suplemen. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Laboratorium Rekayasa Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Jember, Laboratorium Analisis Pangan Politeknik
Jember. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap Faktorial
dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan terdiri atas
dua suhu simpan yaitu suhu kamar atau ambien (24-25
viii
0
C) dan suhu dingin (15-18
0
C).
ix
Faktor kedua adalah pembungkusan buah yang terdiri atas tiga perlakuan yakni
perlakuan pembungkusan dengan lapisan lilin lebah 6%, pembungkusan dengan
plastic polietilen, dan buah tanpa pembungkusan.
Pengamatan dilakukan pada parameter lama hari penyimpanan; lama hari
pencapaian tingkat warna kematangan; susut bobot buah pada pengamatan hari
setelah perlakuan (HSP) ke 3, 5, 7, 13, 17, dan 21; kelunakan buah pada pengamatan
tingkat warna ke 4 dan 6; kadar vitamin C dan kadar padatan terlarut total pada
pengamatan tingkat warna ke 4, 5, dan 6; serta kualitas rasa, aroma dan kesukaan
panelis pada pengamatan tingkat warna ke 4, 5, dan 6.
Analisis statistik hasil pengukuran dengan ANOVA. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembungkusan dengan lapisan lilin yang disimpan pada suhu
dingin mampu memperpanjang lama hari penyimpanan buah hingga hari ke 28,
namun tidak mampu menekan laju kelunakan buah. Perlakuan pembungkusan dengan
polietilen yang disimpan dalam suhu dingin dan ruang paling baik dalam menekan
peningkatan susut bobot namun hanya buah yang dibungkus dengan polietilen dan
disimpan dalam suhu ruang yang mampu menekan sedikit proses pelunakan buah.
Terjadi interaksi antara perlakuan pembungkusan dan suhu simpan terhadap kadar
vitamin C dan kadar padatan terlarut total. Perlakuan buah yang dibungkus dengan
lapisan lilin dan disimpan dalam suhu ruang mampu menekan penurunan kadar
vitamin C pada tingkat warna keenam (seluruh permukaan buah berwarna kuning),
sedangkan buah yang dibungkus lapisan lilin dan disimpan dalam suhu dingin
mampu menekan penurunan kadar padatan terlarut total pada tingkat warna keenam
(seluruh permukaan buah berwarna kuning).
Terjadi interaksi perlakuan pembungkusan dan suhu simpan pada parameter
kualitas rasa pada tingkat warna keenam (seluruh permukaan buah berwarna kuning),
dan kesukaan panelis pada tingkat warna kelima (seluruh permukaan kulit buah
berwarna kuning, bagian ujung masih hijau) dan keenam. Buah tanpa pembungkusan
yang disimpan pada suhu ruang memiliki kualitas rasa tertinggi pada tingkat warna
keenam. Sedangkan buah yang dibungkus lapisan lilin dan disimpan pada suhu dingin
memiliki nilai kesukaan panelis tertinggi pada tingkat warna kelima (seluruh
permukaan kulit buah berwarna kuning, bagian ujung masih hijau), dan buah yang
dibungkus lapisan lilin dan disimpan pada suhu ruang memiliki nilai kesukaan
panelis tertinggi pada tingkat warna keenam.