PERILAKU SMASHBLAST DAN TWIBI (Studi Trend Mirip SMASH dan Cherry Belle di Lumajang)
Abstract
Demam Korea telah menjadi fenomena di Indonesia. Diantaranya dengan
munculnya boyband dan girlband yang berkonsep gaya Korea. Fenomena ini telah
menjadi trend di kalangan generasi muda saat ini. Tidak hanya di daerah
perkotaan, demam Korea juga telah masuk ke pelosok desa. Demikian juga halnya
di Lumajang. Kota Lumajang berbatasan dengan kota Jember dan kota
Probolinggo. Dimana kedua kota perbatasan ini merupakan kota yang
perkembangannya cukup pesat dibandingkan dengan kota Lumajang. Lumajang
merupakan daerah sub urban yang masyarakatnya masih bersifat tradisional. Hal
ini dapat dilihat dari bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain.
Transformasi budaya Korea di Indonesia terinternalisasi melalui boyband dan
girlband yang kemudian menjadi figur bagi generasi muda. Di Lumajang,
fenomena demam Korea tampak dalam perilaku remaja mirip boyband dan
girlband, dalam hal ini SMASH dan Cherry Belle.
Di Lumajang terlihat banyak pelajar SMP dan SMK berpenampilan mirip
personil SMASH dan Cherry Belle. Kemunculan boy/girlband ini membuat
remaja gencar meniru mode dan trend yang ditampilkan oleh personil
boy/girlband kesayangan mereka, yaitu SMASH dan Cherry Belle. Pencarian
tokoh pun oleh remaja dipilih sesuai dengan minat dari remaja, misalnya saja dari
trend, gaya, atau dikarenakan prestasi atau berparas tampan/cantik. Pemilihan dan
berpenampilan mirip personil SMASH dan Cherry Belle menjadikan mereka
sebagai fans dari idola mereka, yaitu SMASHBLAST untuk fans SMASH dan
TWIBI untuk fans Cherry Belle. Berdasarkan dengan latar belakang tersebut
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku
SMASHBLAST dan TWIBI dipahami dalam proses 3(tiga) simultan Pieter. L.
Berger dan Thomas Luckmann? Penelitian ini menggunakan teori kontruksi sosial Peter L. Berger dalam
proses dialektis tiga momen simultan, yaitu Eksternalisasi, Objektivasi, dan
Internalisasi sebagai penjelasan atas proses remaja memutuskan untuk
berpenampilan mirip personil SMASH dan Cherry Belle.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
berlokasi di area sekolah SMPN 2 Lumajang dan SMKN 2 Lumajang. Informan
dalam penelitian ini remaja yang berusia 13-17 tahun sesuai dengan karakteristik
yang telah ditentukan peneliti dan menggunakan teknik purposive sampling.
Mengumpulkan data dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dan
telah dianalisis sesuai dengan tiga subproses yaitu reduksi data, penyajian data,
dan pengambilan kesimpulan/verifikasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku SMASHBLAST dan
TWIBI:
1. SMASH dan Cherry Belle Sebagai Sebuah Realitas Objektif : Penampilan
personil SMASH dan Cherry Belle dijadikan sebagai cara berpakaian yang
modis untuk saat ini, keren dan update sesuai zaman saat ini. Hal itu
merupakan suatu realitas objektif yang dijalani oleh remaja. Remaja adalah
sebagian besar yang menggemari SMASH dan Cherry Belle, Jiwa yang labil
menyebabkan remaja mulai mencari-cari sosok ideal, yang harapannya bisa
ditiru dan diteladani, sehingga tak heran jika pada masa ini remaja memiliki
tokoh idolanya masing-masing. Pemilihan tokoh idolanya pun disesuaikan
dengan apa yang sedang ingin ditiru dan dianggap sesuatu yang sedang trend
di masyarakat. Misalnya dari penampilan fisik (tampang dan rupanya),
kelebihannya (keahlian dance, suara) dan kesopanannya (tingkah laku).
2. Perilaku SMASHBLAST dan TWIBI Sebagai Realitas Subjektif: Perilaku
yang dijalani remaja dalam realitas subyektif ini yaitu perilaku mengidolakan.
Perilaku mengidolakan artis idola merupakan suatu pilihan yang berbeda
setiap individu. Remaja memiliki versi yang berbeda terhadap setiap artis
idolanya. Dalam realitas subyektif inilah remaja berperan untuk memilih atau
tidak memilih sama sekali dalam penampilannya. Kemunculan SMASHBLAST dan TWIBI merupakan fans dari SMASH dan Cherry Belle,
dimana mereka menginternalisasi perilaku artis idolanya yaitu personil dari
SMASH dan Cherry Belle. Berikut merupakan Internalisasi perilaku
SMASHBLAST dan TWIBI dalam kehidupannya, yaitu melalui: Fashion,
Aksesoris, dan yel-yel. Mengidolakan merupakan suatu pilihan setiap
individu dalam kehidupannya. Dikarenakan setiap individu dalam
kehidupannya memiliki figur yang berbeda dalam kesehariannya untuk
beberapa kekaguman yang berbeda-beda pula. Berdasarkan kekaguman
tersebut ditemukan tiga alasan remaja SMASHBLAST dan TWIBI
bepenampilan ala personil SMASH dan Cherry Belle, yaitu: Sebagai Simbol
Eksistensi, Sebagai gaya atau trend, dan Sebagai ekspresi diri.
3. Proses 3 (tiga) Simultan Berger yang dijalani remaja SMASHBLAST dan
TWIBI, yaitu: Proses Eksternalisasi, yaitu remaja mengalami transformasi
nilai dan norma baru ketika berada dalam masyarakat dan lingkungan
sekolah. Dikarenakan nilai lama yang dibawa dari rumah bertemu dengan
nilai baru berupa penggunaan pita dan tentang wacana Cherry Belle atau
SMASH, disini nilai baru tersebut didapatkan dan berjalan seiring dengan
penambahan pengetahuan dari nilai-nilai sekelilingnya yang menguatkan nilai
baru tersebut, seperti melalui media dan profil-profil dari personil SMASH
dan Cherry Belle. Dilanjutkan menuju Proses Objektivasi, yaitu diperteman
sebaya misalnya dalam Genk yaitu SMASHBLAST dan TWIBI yang
menjadikan remaja dalam kelompok tersebut, di dalam kelompok tersebut ada
suatu tata tertib yang secara tak tertulis dapat diartikan oleh remaja yang
menjadi anggotanya. Walaupun tidak tertulis tapi perjanjian tersebut menjadi
nyata ketika berada dalam kelompok. Tetapi remaja juga memikirkan
bagaimana ketika dia diposisi sebagai pelajar dalam sekolah, menggunakan
aksesoris apa tidak, jika tidak menggunakan “tidak setia kawan” atau tak
sama dengan teman lainnya. Tetapi tata tertib disekolah juga menjadi
halangan untuk menampilkan penampilan sesuai dengan apa yang diinginkan
individu tersebut. Sedangkan Proses Internalisasi, Dimana sikap setia kawan tetap ada dan tetap tidak melanggar aturan sekolah. Dalam proses ini juga
remaja mengambil alih dunia yang sedang dihuninya dia memutuskan dan
mempertahankan nilai baru dan menjadikan suatu pembenaran yang diambil.
Dia sebagai SMASHBLAST dan TWIBI mulai menginternalisasikan
penampilannya terhadap teman sekelas dan lingkungan pertemanannya.