dc.description.abstract | Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat analgetik dan antipiretik yang sudah
dikenal luas untuk swamedikasi (pengobatan sendiri) di seluruh dunia, sejak tahun 1950
terjual cepat dengan harga yang murah serta digunakan secara bebas tanpa perlu
menggunakan resep dokter. Karena tergolong obat bebas dan mudah didapatkan, risiko
terjadinya penyalahgunaan asetaminofen menjadi lebih besar. Pada dosis terapi, 5-15% obat
ini umumnya dikonversi oleh enzim sitokrom P450 di hati menjadi metabolit reaktifnya, yang
disebut N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) yang berperan sebagai radikal bebas dan
memiliki half life yang sangat singkat. Konsumsi parasetamol dengan dosis toksis sebesar 1520
gram
per
hari
dapat
menimbulkan
toksisitas
pada
hati
(hepatotoksik)
dan
diikuti
beberapa
organ
lain,
salah
satunya
ginjal
(nefrotoksik)
yang
berupa
nekrosis
tubulus
ginjal
akut.
Ginjal
merupakan
organ vital tubuh yang sangat penting dalam mempertahankan kestabilan
lingkungan dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi sebagai organ eksresi untuk mengeluarkan
produk sisa metabolisme dan bahan kimia asing. Gangguan pada ginjal seperti infeksi ginjal
atau masuknya bahan-bahan racun, polutan dan obat-obatan yang merusak ginjal dapat
menyebabkan terhambatnya proses pembentukan urin. Salah satu indeks fungsi ginjal yang
terpenting adalah laju filtrasi glomerulus (GFR) yang memberi informasi tentang jumlah
jaringan ginjal yang berfungsi. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat diukur secara klinis
sederhana, yaitu dengan level serum kreatinin. Kreatinin merupakan indikator kuat bagi
fungsi ginjal, peningkatan kadar dua kali lipat dari serum normal menunjukkan penurunan
fungsi ginjal sebanyak 50%. Ketika tubuh dalam kondisi lemah atau terkena paparan radikal
bebas terlalu banyak, maka mekanisme proteksi tambahan diperlukan yaitu melalui
konsumsi antioksidan yang banyak terkandung dalam bahan alam, salah satunya tanaman
tauge (Vigna radiata (L.)).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak tauge dapat
mencegah peningkatan kadar kreatinin serum tikus wistar yang diinduksi parasetamol dosis
toksik. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy experimental laboratories. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design. Pemilihan sampel
dilakukan dengan cara simple random sampling dan sampel yang digunakan adalah tikus
Wistar, dengan jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan, berat badan 100-200 gram, dan kondisi
fisik sehat. Terdapat lima kelompok perlakuan, yaitu kelompok K(+) yang diberikan CMC
Na 1% selama 9 hari dan parasetamol dosis 2500 mg/kgBB pada hari ke 7 ; kelompok K(-)
yang diberikan CMC Na 1% selama 9 hari; kelompok P1, P2, dan P3 masing-masing
diberikan ekstrak tauge dengan dosis 50, 100, dan 200 mg/kg BB selama 9 hari dan pada hari
ke-7 diberikan parasetamol dosis 2500 mg/kg BB. Masing-masing kelompok terdiri dari 5
ekor tikus dengan total sampel 25 tikus. Sampel darah diambil pada hari ke-9 kemudian
diukur kadar kreatinin serum. Data kemudian dianalisis dengan uji post hoc Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tauge memiliki efek nefroprotektif
pada tikus yang diinduksi parasetamol dosis toksik. Ketiga peringkat dosis yang diuji, dosis
200 mg/kg BB memiliki efek nefroprotektif yang paling efektif. | en_US |