Analisis Efek Terobosan Single Partikel Dalam Keadaan Eksitasi
Abstract
Persamaan Schrodinger adalah persamaan diferensial orde dua berkaitan
erat dengan hipotesa de Broglie tentang dualisme gelombang-partikel. Solusi
persamaan tersebut dapat berbentuk fungsi trigonometri ataupun eksponensial.
Bentuk gelombang yang ditampilkan merupakan gelombang tegak de Broglie,
akan tetapi tidak semua nilai k pada fungsi gelombang yang diakibatkan oleh
adanya panjang gelombang diperkenankan. Hanya nilai k yang merupakan
kelipatan bilangan kuantum utama yang berlaku. Hal ini berkaitan dengan
keadaan elektron yang sedang mengorbit di dalam atom dengan tingkat energi
tertentu yang dipengaruhi oleh bilangan kuantum utama (n). Saat tiga bilangan
kuantum utama 𝑛
yang berbeda memiliki tingkat energi yang sama
disebut Degenerate contohnya (1,2,3), (3,2,1) dan (2,1,3). Pada keadaan
𝑥
, 𝑛
𝑦
, dan 𝑛
𝑧
penggunaan bilangan kuantum berbeda dengan tingkat energi yang berbeda
disebut Non-Degenerate contohnya
1.1.1
,
2.2.2
,
3.3.3
,
4.4.4
,
5.5.5
.
Partikel dengan energi berapapun yang berkorelasi dengan bilangan
kuantum utama, meskipun energinya lebih rendah dari perintang. Partikel tersebut
masih memiliki peluang untuk dapat menerobos suatu ‘’Dinding’’ perintang.
Kejadian di atas dapat diidentikkan dengan sebuah elektron yang sedang bergerak
dengan energi (E) akan melewati suatu perintang dengan energi potensial (V)
yang lebih besar dari energi elektron. Pada skala mikroskopik benda bergerak
tidak hanya berperilaku sebagai partikel, tetapi juga berperilaku sebagai
gelombang, hal ini bersesuaian dengan hipotesa de Broglie.
Titik berat analisis saat elektron menerobos perintang adalah keadaan
elektron saat berperilaku sebagai gelombang. Semua analisis yang diterapkan
adalah formulasi gelombang. Gejala pada deskripsi diatas dikenal dengan sebutan
Efek Terobosan (Tunneling Effect).
vii
Energi Elektron yang digunakan untuk menerobos perintang
menggunakan energi akibat perubahan bilangan kuantum utama pada keadaan tiga
dimensi yaitu 𝑛
. Perintang yang digunakan berupa potensial yang
setara dengan Magneton Bohr, yaitu suatu bentuk energi yang dipengaruhi oleh
𝑥
, 𝑛
𝑦
, 𝑑𝑎𝑛 𝑛
𝑧
adanya medan magnet eksternal yang diterapkan pada atom tersebut. Visualisasi
efek terobosan menggunakan metode komputasi. Menggunakan algoritma untuk
menganalisis perhitungan nilai energi hingga koefisien transmisi. Sebaran
gelombang digambarkan dalam keadaan tiga dimensi dengan model slice.
Besarnya koefisien transmisi dianalisis menggunakan asas kontinuitas
pada syarat batas dengan menggunakan operator persamaan deferensial orde kedua
untuk tiga keadaan. Saat sebelum memasuki perintang, di dalam perintang,
dan saat lolos berada di luar perintang. Menghasilkan lima persamaan gelombang
dengan rincian sebagai berikut, dua persamaan gelombang saat di daerah pertama
sebelum memasuki perintang. Dua persamaan gelombang saat berada di dalam
perintang, dan satu persamaan gelombang saat lolos dari perintang. Masingmasing
keadaan
memiliki
perbedaan
amplitudo
akibat
adanya
perbedaaan
energi.
Energi terendah dimiliki oleh keadaan dasar dengan susunan bilangan
kuantum (1.1.1) senilai 451.8256 eV dengan koefisien transmissi 8.0235 10
.
Energi tertinggi dimiliki oleh kombinasi bilangan kuantum (3.3.3) senilai 4.066
10
3
eV dengan koefisien transmisi 4.4095 10
viii
-15
. Perubahan bilangan kuantum baik
secara Degenerate maupun non-Degenerate mengakibatkan perubahan nilai
energi elektron yang akan berkontribusi pada nilai K dan K’ serta nilai koefisien
transmisi yang dihasilkan pada keadaan tiga Dimensi,