UJI IMUNOSTIMULAN EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.): KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG DAN PRODUKSI NITRIC OXIDE PADA MENCIT YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei
Abstract
Malaria merupakan penyakit menular mematikan yang dominan di daerah
tropis dan sub-tropis. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan
lebih dari 2 milyar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria.
Parasit malaria yang masuk ke dalam darah akan segera dihadapi oleh sistem
imunitas tubuh yang pada awalnya dilakukan oleh respon imun alamiah dan
selanjutnya oleh respons imun spesifik. Makrofag merupakan sel efektor penting
dalam perlindungan terhadap malaria dengan cara fagositosis langsung terhadap
Plasmodium, mensekresi sitokin guna mengaktifkan makrofag lainnya, dan
sebagai sel penyaji antigen kepada limfosit T. Selama proses fagositosis berjalan,
makrofag yang teraktivasi menghasilkan Nitric Oxide (NO). Nitric Oxide
merupakan gas yang sangat toksik bagi parasit dan saat NO masuk ke dalam
fungsi sitolitik dari makrofag untuk melawan berbagai patogen, sintesis NO dapat
mempengaruhi aktivitas imunostimulator makrofag. Zingiber cassumunar Roxb.
atau bangle diketahui memiliki kandungan senyawa kimia salah satunya
kurkumin. Kurkumin dapat meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang
mengaktivasi reseptor PPAR γ (Peroksisom Proliferated Activator Receptor γ)
atau mengaktivasi faktor transkripsi Nrf2 sehingga terjadi upregulasi CD6 yang
memediasi fagositosis secara non-opsonisasi oleh makrofag.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak bangle
dapat berperan sebagai imunostimulan melalui peningkatan kapasitas fagositosis
makrofag dan produksi Nitric Oxide (NO) pada mencit yang diinfeksi dengan
viii
ix
Plasmodium berghei. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post test only
control group design. Sejumlah 24 mencit Balb/C dengan berat antara 25-30 gram
dan umur 2-3 bulan dibagi ke dalam 4 kelompok. Setelah diinfeksi Plasmodium
berghei, setiap kelompok diperiksa derajat parasitemianya tiap hari. Terapi
ekstrak bangle ataupun artemisinin diberikan apabila telah ditemukan plasmodium
di dalam darah. Lama pemberian terapi selama 4 hari berdasarkan metode Peter
yang dimodifikasi. Produksi NO makrofag diukur dengan reagen Griess dan
dibaca dengan microplate reader sedangkan pemeriksaan kapasitas fagositosis
makrofag diukur dengan latex bead dan dihitung secara manual dengan
menggunakan mikroskop dan counter.
Hasil analisis statistik pada kapasitas fagositosis makrofag menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara kelompok perlakuan I
(ekstrak bangle) dan II (ekstrak bangle artemisinin) (p=0.004), kelompok
perlakuan I (ekstrak bangle) dan IV (tanpa terapi) (p=0.016), kelompok perlakuan
II(ekstrak bangle artemisinin) dan IV (tanpa terapi) (p=0.004)serta kelompok
perlakuan III (artemisinin) dan IV (tanpa terapi) (p=0.006). Hasil analisis statistik
pada produksi NO makrofag menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05)
antara kelompok perlakuan perlakuan I (ekstrak bangle) dan III(artemisinin) (p=
0.002), kelompok II (ekstrak bangle artemisinin) dan kelompok III (artemisinin)
(p=0.003), serta kelompok III (artemisinin) dan kelompok IV (tanpa terapi)
(p=0.016).
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak rimpang bangle yang
mengandung kurkumin dapat berfungsi sebagai imunostimulan dengan cara
meningkatkan kapasitas fagositosis makrofag namun tidak melalui peningkatan
produksi Nitric Oxide (NO) sebagai mekanisme respon imun dalam melawan
parasit malaria.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]