PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL ROUND TABLE DAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL MTs. NU MARON TAHUN AJARAN 2011/2012 PADA SUB POKOK BAHASAN OPERASI BILANGAN BULAT
Abstract
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis aktivitas belajar
siswa, hasil belajar siswa, dan penerapan pembelajaran kooperatif model round table
dan problem posing dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII semester ganjil
MTs. NU Maron tahun ajaran 2011/2012 pada sub pokok bahasan operasi bilangan
bulat.
Pengambilan data ini dilakukan di MTs. NU Maron pada tanggal 20 Juli
2011–12 Agustus 2011. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII yang berjumlah
20 siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Dalam penelitian ini dilakukan 2 siklus,
sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini. Masingmasing
siklus mempunyai 4 tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi.
Penerapan pembelajaran kooperatif model round table dan problem posing
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII semester ganjil MTs. NU Maron
tahun ajaran 2011/2012 pada sub pokok bahasan operasi bilangan bulat dapat berjalan
dengan lancar dan baik. Penerapan pembelajaran kooperatif model round table dan
problem posing dilakukan dengan memberi suatu permasalahan kepada siswa melalui
LKS, membuat soal dan menjawabnya sendiri. Penerapan pembelajaran kooperatif
model round table dan problem posing dilakukan dengan menilai aktivitas siswa,
memberikan latihan berupa LKS dan PR, dan pemberian tes di akhir siklus. Pada
proses kegiatan pembelajaran, awalnya siswa merasa kesulitan dalam membuat soal
sendiri dan jawabannya. Masing-masing kelompok membuat soal yang hampir sama
dengan soal buatan guru, hanya ada beberapa kelompok yang membuat soal dengan
memodifikasi atau yang berbeda dengan soal buatan guru. Siswa merasa kesulitan
jika harus membuat soal yang berbeda dengan soal buatan guru. Guru memberi
pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam membuat soal. Guru memberitahu
siswa bahwa siswa boleh membuat soal yang berbeda asalkan soal masih berada
dalam ruang lingkup materi yang diajarkan. Akhirnya siswa bisa membuat soal yang
berbeda dengan soal buatan guru. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, siswa
sudah terbiasa dalam mengerjakan LKS, diskusi kelompok, membuat soal dan
jawabannya, dan mengerjakan soal dari kelompok lain.
Aktivitas siswa yang dinilai antara lain proses membentuk kelompok, proses
pengerjaan LKS dalam kelompok, partisipasi dalam kelompok, proses pembuatan
soal, dan cara memberikan kesimpulan. Aktivitas siswa mengalami peningkatan pada
setiap pertemuan. Pada pertemuan I dan II rata-rata aktivitas siswa sebesar 68,5%,
pertemuan III 78%, pertemuan V 86%, dan pertemuan VI dan VII sebesar 89,5%.
Persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II yaitu 75% menjadi 85%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara
klasikal mencapai 75%. Pada siklus II, ketuntasan belajar siswa secara klasikal
meningkat menjadi 85%.