dc.description.abstract | Hepar merupakan organ intestinal terbesar dalam tubuh manusia dan pusat
metabolisme tubuh dengan fungsi sangat komplek, diantaranya berperan optimal
menampung, mengubah, dan mengeluarkan substansi toksik. Berdasarkan
peranannya ini, hepar merupakan salah satu organ yang berpotensi terkena jejas
bahan kimia, toksik, dan bahan lain karena hepar merupakan organ pertama
setelah saluran cerna yang terpapar oleh agen-agen tersebut. Salah satu agen
toksik yang terbukti dapat merusak hepar yaitu Karbon Tetraklorida (CCl
).
Kerusakan hepar oleh CCl
akibat produk radikal bebas yang dihasilkan setelah
proses metabolisme didalam hati. Hal tersebut dapat memicu stres oksidatif
sehingga mengakibatkan gangguan keseimbangan jumlah radikal bebas dan
antioksidan tubuh. Efek patologis yang timbul dari kondisi stres oksidatif tersebut
adalah kerusakan hepar yang diukur dengan menggunakan alkali fosfatase (ALP).
Kerusakan pada hepar dapat dicegah dengan pemberian antioksidan yang
berfungsi sebagai hepatoprotektor, yang dapat ditemukan pada protein biji melinjo
(Gg-PI).
4
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah protein biji melinjo (GgPI)
dapat melindungi hepar dan apakah terdapat perbedaan dari ketiga dosis
protein Gg-PI yang diuji yaitu 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, 30 mg/kgBB terhadap
radikal bebas yang diakibatkan pemberian CCl
Jenis penelitian eksperimental
yang digunakan adalah True Experimental dengan rancangan penelitian yang
digunakan adalah Postest Only Control Group Design. Sampel yang digunakan
adalah 24 ekor tikus wistar jantan dan dengan menggunakan teknik simple
4.
4
random sampling dibagi menjadi 6 kelompok. Variabel pada penelitian ini adalah
dosis protein Gg-PI sebagai variabel bebas, kadar ALP pada tikus sebagai variabel
terikat, serta dosis dan frekuensi pemberian CCl
kosentrasi dan frekuensi
pemberian protein Gg-PI sebagai variabel kendali.
ix
4,
Pada kelompok K, tikus diberi makanan dan minuman standar selama 7
hari. Pada kelompok K (-), tikus diberi makanan dan minuman standar serta CCl
1,5 ml/kgBB pada hari ke-7 secara per oral. Pada kelompok K (+), tikus diberi
makanan dan minuman standar, serta protein X dosis 10 mg/kgBB selama 7 hari
dan diberi CCl
1,5 ml/kgBB pada hari ke-7 secara per oral. Pada kelompok P1,
tikus diberi makanan dan minuman standar, serta protein Gg-PI 10 mg/kgBB
selama 7 hari dan di beri CCl
4
1,5 ml/kgBB pada hari ke-7 secara per oral. Pada
kelompok P2, tikus diberi makanan dan minuman standar, serta protein Gg-PI 20
mg/kgBB selama 7 hari dan di beri CCl
4
1,5 ml/kgBB pada hari ke-7 secara per
oral. Pada kelompok P3, tikus diberi makanan dan minuman standar, serta protein
Gg-PI 30 mg/kgBB selama 7 hari dan di beri CCl
4
1,5 ml/kgBB pada hari ke-7
secara per oral. Pada hari ke-8 seluruh tikus dikorbankan dengan cara pembiusan
menggunakan chloroform. Kemudian diambil darah dari jantung (ventrikel kanan)
untuk diukur kadar alkali fosfatase (ALP).
4
Hasil penelitian ini adalah rata-rata kadar ALP untuk kelompok K adalah
175,75 U/L ± 9,54, kelompok K (-) adalah 366,25 U/L ± 37,08, dan kelompok K
(+) adalah 227 U/L ± 2,94. Sedangkan rata-rata kadar ALP untuk kelompok P1
adalah 285,75 ± 4,99, kelompok P2 adalah 245,5 ± 17,6, dan kelompok P3 adalah
194,75 ± 6,13. Untuk menganalisis data menggunakan
Kruskal-Wallis dan
dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney yang sebelumnya telah diuji normalitas dan
homogenitasnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah protein Gg-PI dapat
melindungi hepar terhadap radikal bebas dalam mencegah peningkatan kadar ALP
tikus wistar jantan dan terdapat perbedaan dari ketiga dosis protein Gg-PI yang
diuji yaitu 10 mg/kgBB (P1), 20 mg/kgBB (P2), dan 30 mg/kgBB (P3) dalam
melindungi hepar terhadap radikal bebas yang diakibatkan pemberian CCl | en_US |