dc.description.abstract | rogram Internsip Dokter Indonesia (PIDI) adalah program magang bagi
dokter baru dengan tujuan menyelaraskan kompetensi yang diperoleh selama
pendidikan dengan praktik di lapangan (Sedyaningsih, 2009). Program ini muncul
dari hasil studi orientasi proyek Health Worksforce and Service (HWS) yang
dijalankan oleh Dikti pada Inggris, Belanda, Australia, dan Singapura yang
mewajibkan internsip bagi lulusan dokter yang semasa pendidikannya
menggunakan strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Program ini
dipelopori oleh dokter lulusan Universitas Andalas sejak tahun 2010 dan saat ini
sudah diikuti oleh hampir seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia (Depkes,
2009). Fakultas Kedokteran Universitas Jember mengawali keikutsertaannya pada
tahun 2012.
Mengacu pada hasil survey pelaksanaan internsip yang dilakukan oleh
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) pada berbagai Fakultas
Kedokteran di Indonesia pada tahun 2013, 43% responden mendukung, 14%
responden tidak mendukung, dan 43% responden mendukung dengan perbaikan
program. Beberapa responden tidak mendukung program ini karena distribusi
dokter internsip tidak merata, anggapan bahwa dokter internsip masih co-ass,
supervisi dokter pendamping yang kurang tepat, dan tunjangan hidup yang
minimal. Hal ini dapat menyebabkan kinerja dokter internsip kurang optimal
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Hal ini didukung dari
hasil survey yang dilakukan peneliti pada salah satu dokter pendamping di
Puskesmas Srengat, Kabupaten Kediri, pada bulan Juni 2013, bahwa proporsi
kinerja dokter internsip cukup bervariasi, yaitu sangat baik, baik dan buruk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja dokter internsip lulusan
Universitas Jember, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dan
mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan kuesioner HPEQ Project yang telah dimodifikasi oleh Rachmani
(2013) pada 52 dokter internsip dan 6 dokter pendamping di Puskesmas di
kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Pamekasan, dan
Kediri. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional dan menggunakan
tehnik pengambilan sampel berupa consecutive sampling. Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%.
Selanjutnya, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi kinerja dokter internsip
dianalisis dengan analisis multivariat regresi logistik.
Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa waktu kelulusan,
persepsi tunjangan hidup, penerimaan internsip, adaptasi, jumlah dan jenis kasus,
upaya kesehatan masyarakat, peran dokter pendamping, kedisiplinan, komunikasi,
dan pilihan tindakan berpengaruh terhadap kinerja dokter internsip lulusan
Universitas Jember. Hasil tersebut dapat diketahui dari nilai p < 0,05. Setelah
dilakukan analisis multivariat, variabel yang bermakna terhadap kinerja dokter
internsip hanya peran dokter pendamping dan waktu kelulusan. Selain itu, hasil
analisis multivariat menunjukkan bahwa nilai koefisien dan Rasio Odds peran
dokter pendamping mempunyai angka yang paling besar, yaitu 2,524 dan 12,843.
Artinya, faktor yang paling mempengaruhi kinerja dokter internsip yaitu peran
dokter pendamping. | en_US |