PERBANDINGAN DESINFEKTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN EKSTRAK JAHE MERAH 100% SEBAGAI BAHAN PEMBERSIH GIGI TIRUAN TERHADAP PERUBAHAN WARNA PADA RESIN AKRILIK HEAT CURED
Abstract
Resin akrilik banyak dipakai sebagai basis gigi tiruan karena bahan ini
memiliki sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik baik,
mudah dimanipulasi, reparasinya mudah dan dimensinya kecil, dan stabilitas warna
merupakan karakteristik klinik yang sangat penting pada bahan restorasi gigi dan
bahan basis gigi tiruan. Untuk menjaga kebersihan gigi tiruan secara umum dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu mekanis dan kimia. Pembersihan secara mekanis
dilakukan dengan menggunakan sikat gigi atau ultrasonik, sedangkan pembersihan
secara kimia dilakukan dengan merendam gigi tiruan dalam larutan pembersih yang
mengandung bahan desinfektan. Larutan desinfektan berbahan dasar kimia cukup
banyak beredar di pasaran, namun saat ini banyak bahan-bahan dari tanaman obat
yang dijadikan sebagai bahan desinfektan atau antiseptik tradisional. Keuntungan
menggunakan tanaman berkhasiat obat adalah bahan bakunya mudah didapat,
harganya murah, dan dapat ditanam di halaman rumah sendiri dan dapat diracik
sendiri. Di Indonesia, jahe telah dikenal oleh sebagian besar masyarakatnya. Secara
ekonomis, rimpang jahe dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dalam bentuk
jahe segar maupun jahe olahan. Jahe segar sering digunakan sebagai rempah dan
berbagai keperluan lain seperti obat tradisional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuhui perbedaan warna resin
akrilik heat cured yang terjadi akibat perendaman resin akrilik terhadap larutan
sodium hipoklorit 0,5% dan ekstrak jahe merah 100%. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sample random sampling.
vii
Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji distribusi KolmogrorovSmirnov
untuk
mengetahui
normalitas
data
dan
uji
homogenitas
varian
untuk
mengetahui
keseragaman
sampel.
Dilanjutkan
dengan
uji
Anova
Dua
Arah untuk
mengetahui adanya perbedaan bermakna nilai rerata intensitas cahaya antara
kelompok kontrol dan perlakuan. Didapatkan hasil nilai rerata kelompok kontrol pada
waktu 10 menit 744,0918 AU, waktu 70 menit 961,358 AU, dan 140 menit 1167,641
AU. Kelompok yang direndam sodium hipoklorit 0,5% pada waktu 10 menit
1126,515 AU, waktu 70 menit 1637,131 AU, dan waktu 140 menit 1987,896 AU.
Kelompok yang direndam dalam ekstrak jahe merah 100% nilai intensitas cahaya
pada waktu 10 menit 1357,47 AU, waktu 70 menit 2027,694 AU,dan waktu 140
menit 2928,869 AU. Dilanjutkan lagi dengan LSD untuk melihat perbedaan pada
setiap pasangan. Didapatkan hasil adanya perbedaan perubahan warna pada setiap
kelompok perlakuan.
Perendaman dalam sodium hipoklorit tidak terjadi akumulasi noda pada
permukaan atau liang renik melainkan karena reaksi klorin dengan lempeng akrilik
kemudian terjadi efek pemutihan sehingga warna akrilik menjadi lebih muda.
Lempeng resin akrilik yang direndam dalam ekstrak jahe merah diduga komponen
terlarut tanin (zat warna alami) dalam ekstrak jahe merah mengalami aliran kapiler
secara difusi ke dalam porositas material sehingga mengubah struktur kisi ruang resin
dan porositasnya. Perubahan porositas lempeng akrilik disebabkan karena adanya
akumulasi tanin dalam larutan ekstrak jahe merah. Lempeng resin akrilik yang
direndam dalam ekstrak jahe merah 100% perubahan intensitas warnanya lebih tinggi
dibandingkan perendaman dalam sodium hipoklorit.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]